file 3 HUBUNGAN NILAI CYCLE THRESHOLD VALUE (CT VALUE) DENGAN TINGKAT KEMATIAN PASIEN COVID 19 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PESAWARAN LAMPUNG

HUBUNGAN NILAI CYCLE THRESHOLD VALUE (CT VALUE) DENGAN TINGKAT KEMATIAN PASIEN COVID 19 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PESAWARAN LAMPUNG

Penulis

  • Dea Tamara Fakultas Kedokteran

Kata Kunci:

abstrak

Abstrak

HUBUNGAN NILAI CYCLE THRESHOLD VALUE (CT VALUE) DENGAN TINGKAT KEMATIAN PASIEN COVID 19 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PESAWARAN LAMPUNG

 

Dea Tamara1, Fihat Esfandiari,Sp.PD, FINASIM2 , Tusy Triwahyuni,S.Si, M. Biomed3

email korespondensi: deatamara306@gmail.com

 

1Departemen Ilmu Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati

2Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati

3Program Studi Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati

 

 

Abstract: The Relationship between Cycle Threshold Value (CT Value) and the Death Rate of Covid 19 Patients at the Pesawaran Regional General Hospital (RSUD) Lampung. Background: Every year, the number of sufferers of the SARS-CoV-2 virus has increased, both positive and death. According to data from the World Health Organization (WHO), until October 2021, the total number of positive COVID-19 cases was 219 million, with a total of 4.55 million deaths. pre-survey data at RSUD Pesawaran Lampung, from five respondents who were confirmed positive by the RT-PCR method accompanied by the translation of the CT value on the examination results, three respondents and two respondents were negative. It is not known for certain the relationship between the cycle threshold value (CT Value) and COVID-19 patients. The purpose of the study: to determine the relationship between the Cycle Threshold Value (CT Value) and the mortality rate of Covid 19 patients at the Pesawaran Regional General Hospital (RSUD) Lampung. Research Methods: This research is an analytic observational with a cross sectional approach. The sampling technique used was purposive sampling technique. The conclusion of this study is that the majority of respondents are female as many as 41 people (68.3%) and the most respondents are 20-60 years old (adults) as many as 40 people (66.6%) and elderly >60 years as many as 20 people (20 %). The most signs and symptoms obtained from this study were uncomplicated disease as many as 41 people (53.2%) and the majority of patients experienced complaints 3-4 days before admission to the hospital. The most comorbidity was Diabetes Mellitus as many as 19 people (31.7%). Furthermore, it is known that the mortality rate from female sex is more as many as 18 respondents (72%), while the number from male sex is 7 respondents (28%). It can be seen that the Cycle Threshold Value (CT Value) at most is Ct < 29 as many as 37 respondents (61.7%), while the Ct value is between 30-37 as many as 23 respondents (38.3%), and there are no patients with a Ct value. between 38-40. close that the Asymp value. The signature (2-sided) was obtained at 0.012 < 0.050, so it can be said that it means that there is a correlation between the value and the Covid-19 death rate at the Pesawaran Regional General Hospital (RSUD) Lampung.

Keywords: CT Value, Mortality Rate, Covid-19

 

ABSTRAK

 

Abstrak: Hubungan Nilai Cycle Threshold Value (CT Value) Dengan Tingkat Kematian Pasien Covid 19 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pesawaran Lampung.  Latar belakang: Setiap tahun, penderita virus SARS-CoV-2 mengalami peningkatan, baik yang positif hingga yang meninggal dunia. Menurut data World Health Organization (WHO), hingga bulan oktober 2021 total kasus positif covid-19 sebanyak 219 juta jiwa, dengan total kasusu meninggal dunia sebanyak 4,55 juta jiwa. Berdasarkan data pra survey di RSUD Pesawaran Lampung, dari lima responden terkonfirmasi positif dengan metode RT-PCR yang disertai dengan penjabaran CT value pada hasil pemeriksaan sebanyak tiga responden dan dua responden negatif. Belum diketahui secara pasti hubungan nilai cycle threshold value (CT Value) dengan penderita covid. Tujuan penelitian: untuk mengetahui hubungan nilai Cycle Threshold Value (CT Value) dengan tingkat kematian pasien covid 19 di Rumah sakit Umum Daerah (RSUD) Pesawaran Lampung Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat obsevasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Kesimpulan penelitian ini adalah diketahui bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 41 orang (68,3%) dan paling banyak responden berusia 20-60 tahun (dewasa) sebanyak 40 orang (66,6%) dan lansia >60 tahun sebanyak 20 orang (20%). Tanda dan gejala terbanyak yang didapatkan dari penelitian ini adalah uncomplicated illness sebanyak 41 orang (53,2%) dan mayoritas pasien mengalami keluhan 3-4 hari sebelum masuk rumah sakit. Komorbid terbanyak adalah Diabetes Mellitus sebanyak 19 orang (31,7%). Selanjutnya, diketahui bahwa angka kematian jenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu sebanyak 18 responden (72%), sedangkan angka kematian jenis kelamin laki-laki sebanyak 7 responden (28%). Diketahui bahwa nilai Cycle Threshold Value (CT Value) paling banyak adalah Ct < 29 sebanyak 37 responden (61,7%), sedangkan nilai Ct antara 30-37 sebanyak 23 responden (38,3%), dan dan tidak ada pasien dengan nilai Ct antara 38-40. Diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. (2-sided) didapatkan sebesar 0,012 < 0,050, sehingga dapat disimpulkan bahwa berarti ada hubungan nilai cycle thresould (CT) Value  dengan angka kematian pasien covid 19 di Rumah sakit umum daerah (RSUD) Pesawaran Lampung.

Kata Kunci : CT Value, Tingkat Kematian, Covid-19

 

PENDAHULUAN

            Coronavirus atau virus corona merupakan keluarga virus yang sangat besar. Coronavirus adalah virus RNA, untaian tunggal (single stranded) dan langsung dapat berperan sebagai mRNA (positive sense). Coronavirus tidak bisa hidup di udara. Dia hanya menjadi butir-butir kristal saja. Penyebaran atau penularan infeksi virus corona sangat cepat dikarenakan virus corona mampu bereproduksi sangat cepat (Andrianto, 2020).

            Berdasarkan analisis struktur pada tubuh virus corona ditemukan empat bagian utama yaitu envelope, spike, core, dan ssRNA+. Ukuran virus corona sangat kecil. Bentuk tubuhnya bulat dan cenderung simetris. Tubuh virus corona hanya berukuran sekitar 80-120 nm. Evelope adalah bagian terluar dari sebuah virus corona. Spike merupakan sebuah glikoprotein yang terdapat pada evelope. Core adalah bagian inti pada tubuh virus corona (Baharuddin dan Rumpa, 2020).

            Secara global, pada 29 Oktober 2021, ada 245.373.039 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, termasuk 4.979.421 kematian, yang dilaporkan ke WHO. Hingga 29 Oktober 2021, total 6.838.727.352 dosis vaksin telah diberikan. WHO juga melaporkan sbeanyak 456,522 kasus baru dalam 24 jam terakhir, 245.373.039 kasus kumulatif, dan 4.979.421 kematian kumulatif (WHO, 2021).

            Di Indonesia sendiri, sebanyak 4.216.728 jiwa Kasus Konfirmasi  (+1.624), sebanyak 4.039.835 jiwa kasus sembuh  (95,8%), kasus aktif  sebanyak 34.867 jiwa (0,8%), dan kasus meninggal  sebanyak 142.026 jiwa (3,4%) (Kemenkes, update, 1 Oktober 2021). Hingga 27 Oktober 2021, Pemerintah Republik Indonesia telah melaporkan 4.241.809 orang terkonfirmasi positif COVID-19. Ada 143.299 kematian terkait COVID-19 yang dilaporkan dan 4.085.775 pasien telah pulih dari penyakit tersebut. WHO bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk memantau situasi dan mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut (WHO, 2021).

            Di provinsi lampung, total per 1 Oktober 2021 kasus konfirmasi sebesar 49.104 Orang, dengan kasus meninggal dunia sebanyak 3.777 Orang. Pada tanggal 31 Oktober 2021 kasus covid juga mengalami peningkatan yaitu kasus konfirmasi menjadi 49.576 orang. Kasus kematian meningkat menjadi 3.811 orang, dan selesai isolasi dengan konfirmasi sebanyak 45.248 orang (Dinkes, 2021). Dengan demikian, setiap hari hingga 31 Oktober 2021 kasus covid di provinsi lampung terus mengalami peningkatan.

            Penambahan jumlah kasus Covid-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara sehingga Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO pada 11 Maret 2020. Jumlah kasus yang dikonfirmasi terus meningkat di seluruh dunia). Informasi tentang virus ini tentunya masih sangat terbatas karena banyak hal masih dalam penelitian dan data epidemiologi yang juga akan sangat berkembang (Elviani, Anwar, dan Sitorus, 2021).

            Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/ MENKES/4642/2021 tentang penyelenggaraan laboratorium pemeriksaan coronavirus disease 2019 (covid-19) menyatakan bahwa Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) telah dinyatakan sebagai bencana non-alam berupa wabah/pandemik sehingga perlu dilakukan upaya penanggulangan termasuk penguatan jejaring laboratorium yang berfungsi melakukan pemeriksaan spesimen (Kemenkes, 2021)

            Setiap tahun, penderita virus SARS-CoV-2 mengalami peningkatan, baik yang positif hingga yang meninggal dunia. Wabah virus corona (COVID-19) merupakan salah satu wabah yang menular dengan disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Manusia yang tertular oleh wabah COVID-19 memiliki gejala mulai dari gejala ringan hingga gejala dengan kategori cukup, serta dapat pulih tidak dengan ditangani secara terkhusus. Namun, bagian seseorang akan menderita sakit parah sehingga bantuan paramedis sangat diperlukan. Menurut data WHO (2021), setiap tahun jumlah persoalan positif covid-19 terus mengalami peningkatan.

            Dilihat dari situasi penyebaran COVID-19 yang sudah hampir menjangkau seluruh wilayah provinsi di Indonesia dengan jumlah kasus dan/atau jumlah kematian semakin meningkat dan berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di Indonesia, Pemerintah Indonesia telah menetapkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Keputusan Presiden tersebut menetapkan COVID-19 sebagai jenis penyakit yang menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM) dan menetapkan KKM COVID-19 di Indonesia yang wajib dilakukan upaya penanggulangan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain itu, atas pertimbangan penyebaran COVID-19 berdampak pada meningkatnya jumlah korban dan kerugian harta benda, meluasnya cakupan wilayah terdampak, serta menimbulkan implikasi pada aspek sosial ekonomi yang luas di Indonesia, telah dikeluarkan juga Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional.

            Ketidakpastian mengenai covid-19 dari aspek kedokteran dan kesehatan dengan belum jelasnya sifat dan karakteristik dari virus ini telah menjadi permasalahan bagi masyarakat sehingga pada awal penyebaran virus ini, ketaatan masyarakat untuk melakukan himbauan pemerintah terkait dengan pencegahan penyabaran virus ini tampak agak tinggi bahkan diawal penyebarannya, banyak warga termasuk penulis yang kemudian memilih kembali kekampung halaman mereka untuk menghindari wilayah pada penduduk yang lebih rentang dengan penyerbaran covid (Anies, 2021).

            Hasil pemeriksaan PCR agar menyertakan nilai Ct dari hasil yang pemeriksaan PCR COVID-19. Selain itu, nilai Ct juga dapat menjadi acuan terhadap kriteria pemulangan pasien di berbagai isolasi yang ada rumah sakit. Menurut PAMKI (2017), pemeriksaan molekuler dengan metode real time reverse transcriptase polymerase chain reaction atau yang selanjutnya disebut sebagai real time RT-PCR, pada saat ini digunakan sebagai metode untuk mendeteksi virus SARS-CoV2 penyebab COVID-19. Gen spesifik SASR-COV2 yang dideteksi adalah ORF 1a/b, E, RdRp, dan gen N. Primers yang digunakan dalam reaksi PCR pada umumnya mendeteksi 2 diantara 4 gen tersebut dengan tujuan untuk mencegah adanya potensi reaksi silang dengan virus Corona lainnya dan genetic drift SARS-CoV2. Pemeriksaan PCR pada swab nasofaring dan orofaring memiliki spesifisitas yang tinggi dan sensitifitas yang tergantung pada beberapa hal, yaitu viral load; metode isolasi atau ekstraksi RNA yang digunakan; dan waktu pengambilan swab yang tergantung pada fase penyakit yang dialami pasien.

            Hasil pemeriksaan real time PCR dinyatakan positif bila terdapat akumulasi sinyal fluoresens. Nilai cycle threshold atau Ct adalah jumlah siklus yang dibutuhkan sampai sinyal fluoresens melewati ambang (threshold). Nilai Ct tersebut secara proporsional berbanding terbalik dengan jumlah` target asam nukleat didalam sampel, artinya semakin rendah nilai Ct maka semakin banyak jumlah asam nukleat yang terdeteksi didalam sampel. Pada umumnya batas ambang nilai Ct adalah 40 dengan interpretasi nilai Ct <29: positif kuat, terdapat target asam nukleat dalam jumlah banyak. Selanjutnya, nilai Ct antara 30-37: positif, terdapat target asam nukleat dalam jumlah sedang, sedangkan nilai Ct antara 38-40: positif lemah, terdapat target asam nukleat dalam jumlah sedikit dan terdapat kemungkinan kontaminasi dari lingkungan. Namun demikian, beberapa kit reagen menyantumkan batas ambang nilai Ct yang berbeda, yaitu 35, 36, 38, ataupun 41, sehingga interpretasi harus disesuaikan dengan penjelasan yang disertakan dalam kit reagen yang digunakan.

            Bullard, J. et al (2020) melakukan penelitian tentang infektivitas SARS-CoV2 pada pasien berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi dengan membandingkan antara kultur virus dan real time RT-PCR menggunakan spesimen nasofaring atau sekret saluran napas bawah. Kesimpulan penelitian tersebut menyatakan bahwa pasien tidak infeksius lagi (ditandai dengan hasil kultur virus negatif) pada hasil real time PCR deteksi gen E dengan nilai Ct224.

            Amari (2021) menjelaskan bahwa dari beberapa penelitian, CT value berbanding terbalik dengan jumlah virus di dalam tubuh seseorang. Artinya, semakin kecil suatu CT value, semakin banyak jumlah virus dalam tubuh seseorang. Namun, jumlah siklus itu menunjukkan jumlah virus yang sangat berbeda. Misalnya, CT value 12 dapat menunjukkan mulai lebih dari 10 juta kali lebih banyak virus dibanding CT value 35. Untuk mendeteksi keberadaan virus dalam tubuh seseorang, salah satu tahapan dalam tes PCR ialah dengan melakukan perbanyakan materi genetik RNA secara berulang (siklus) agar dapat dideteksi. CT value adalah jumlah siklus yang diperlukan untuk mendeteksi virus tersebut. Mesin PCR berhenti berjalan pada saat virus terdeteksi. Jika sinyal positif tidak terlihat setelah 37 hingga 40 siklus, artinya tidak ditemukan virus dalam tubuh seseorang dan bisa dinyatakan bahwa orang tersebut dinyatakan negatif COVID-19. Sebaliknya, apabila sinyal positif muncul sebelum siklus ke-40, berarti terdapat virus di dalam tubuh seseorang. Sebuah tes yang mencatat hasil positif setelah 12 siklus berarti memiliki CT value 12. Dapat kita simpulkan, semakin kecil suatu CT value, semakin sedikit jumlah siklus yang dibutuhkan untuk mendeteksi keberadaan virus.

            Berdasarkan data pra survey di RSUD Pesawaran Lampung, dari lima responden terkonfirmasi positif dengan metode RT-PCR yang disertai dengan penjabaran CT value pada hasil pemeriksaan sebanyak tiga responden dan dua responden negatif. Belum diketahui secara pasti hubungan nilai cycle threshold value (CT Value) dengan penderita covid. Dengan alasan tersebut diatas, penelitian ini dilakukan sebagai uji diagnostik mengenai Hubungan Nilai Cycle Threshold Value (CT Value) dengan Tingkat Kematian Pasien Covid 19 di Rumah sakit Umum Daerah (RSUD) Pesawaran Lampung”.

 

METODE PENELITIAN

            Penelitian ini merupakan uji diagnostik untuk menganalisis hubungan nilai cycle threshold value (ct value) dengan tingkat kematian pasien covid 19 menggunakan data sekunder pada periode November 2021 sampai dengan April 2022 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pesawaran Lampung. Penelitian  ini akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pesawaran Lampung yang terdapat di Gedung Tataan, Kec. Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Lampung 35366. Penelitian akan dilakukan pada bulan November 2021 sampai dengan selesai. Penelitian ini akan menggunakan rancangan penelitian cross sectional pada pasien di Ruang Rawat Inap isolasi COVID-19 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pesawaran Lampung. Populasi dalam penelitian ini yaitu semua pasien di Ruang Rawat Inap Isolasi COVID-19 periode November 2021 hingga April 2022. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah semua pasien di Ruang Rawat Inap Isolasi COVID-19 periode November 2021 hingga April 2022 yang menjalani tes Polymerase Chain Reaction (PCR). Sampel yang digunakan pada penelitian diambil dengan teknik Simple Random sampling yaitu seluruh pasien yang menjalani tes Polymerase Chain Reaction (PCR) pada periode November 2021 hingga April 2022 di Ruang Rawat Inap isolasi COVID-19 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pesawaran Lampung yang memenuhi kriteria inklus dan eksklusi. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder yang diperoleh dari bagian rekam medis Ruang Rawat Inap isolasi COVID-19 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pesawaran Lampung.  Pengolahan Data meliputi:  pemeriksaan ata (editing), pemberian kode (coding), memasukkan data (entry data), pembersihan data (cleaning data), dan tabulasi data (tabulating). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi bivariate product moment dan chi square berbantuan program SPSS yang menghubungkan variabel independen (nilai cycle thresould (CT) Value ) dengan variabel  dependen (kematian pasien covid 19) di Rumah sakit umum daerah (RSUD) Pesawaran Lampung.

 

HASIL PENELITIAN

Tabel 1 Karakteristik Responden

Karakteristik

Jumlah (N)

(%)

Jenis Kelamin

 

 

Laki-laki

19

31,7

Perempuan

41

68,3

Total

60

100

Usia

 

 

0-1 tahun (bayi)

0

0

2-10 tahun (anak-anak)

0

0

11-19 tahun (remaja)

1

1,7

20-60 tahun (dewasa)

40

66,6

> 60 tahun (lansia)

19

31,7

Total

60

100

Gejala

 

 

Uncomplicated illness

30

50

Pneumonia ringan

21

35

Penumonia berat

6

10

ARDS

3

5

Total

60

100

Lama Keluhan

 

 

1-2 hari

9

15

3-4 hari

11

18,3

5-6 hari

8

13,3

≥ 7 hari

32

53,3

Total

60

100

Komorbid

 

 

Hipertensi

7

11,7

Diabetes Mellitus

10

16,7

Jantung

1

1,7

Asma

1

1,7

Hamil

9

15,0

Lain-lain

5

8,3

Tidak ada komorbid

27

45,0

Total

60

100

Data karakteristik didapatkan dari 60 responden, berdasarkan usia didapatkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 41 responden (68,3%) dan sisanya laki-laki sebanyak 19 responden (31,7%). Karakteristik responden berdasarkan usia, mayoritas berusia 20-60 tahun (dewasa) sebanyak 40 responden (66,6%) kemudian diikuti lansia >60 tahun sebanyak 19 responden (31,7%), kemudian usia 11-19 tahun (remaja) sebanyak 1 responden (1,7%). Karakteristik responden berdasarkan ringan beratnya gejala, mayoritas responden mengalami uncomplicated illness sebanyak 30 responden (50%), dan paling sedikit yang mengalami ARDS sebanyak 3 responden (5%). Karakteristik responden berdasarkan lama keluhan sebelum masuk rumah sakit mayoritas pasien mengalami keluhan > 7 hari sebelum masuk rumah sakit yakni sebanyak 32 responden (53,5%), kemudian 3-4 hari keluhan sebelum masuk rumah sakit sebanyak 11 responden (18,3%). Karakteristik responden berdasarkan komorbid didapatkan bahwa pasien komorbid terbanyak adalah diabetes melltius sebanyak 10 responden (16,7%), kemudian ibu hamil sebanyak 9 responden (15%) dan paling sedikit asma serta jantung yakni masing-masing sebanyak 1 responden (1,7%). Untuk pasien tanpa komorbid berjumlah 27 responden (45%) dari total seluruh pasien.

Tabel 2 Data distribusi frekuensi Hasil Pemeriksaan Rapid Diagnostic Test Antigen (RDT-Ag) dan real time Reverse-Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)

Hasil Pemeriksaan Penunjang

Jumlah (N)

Persentase (%)

Rapid Diagnostic Test Antigen (RDT-Ag)

 

 

Positif

54

90

Negatif

6

10

Total

60

100

real time Reverse-Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)

 

 

Positif

53

88,3

Negatif

7

11,7

Total

60

100

Berdasarkan tabel 2 didapatkan hasil bahwa dari 60 responden yang dilakukan pemeriksaan RDT-Ag dan RT-PCR terdapat perbedaan hasil. Pada pemeriksaan RDT-Ag terdapat 54 responden (90%) positif dan 6 responden (10%) negatif, sedangkan pada pemeriksaan RT-PCR terdapat 53 responden (88,3%) positif dan 7 responden (11,7%) negatif.

 

 

 

 

 

 

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Hasil Rapid Diagnostic Test Antigen (RDT-Ag)  dan Hasil real time Reverse-Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) Terhadap Waktu Pengambilan Sampel

 

Hasil pemeriksaan

Waktu pengambilan sampel sejak pertama kali muncul gejala

Hari ke 1-2

Hari ke 3-4

Hari ke 5-6

≥7 hari

N

%

N

%

N

%

N

%

RDT-Ag

Positif

18

94,7

29

96,7

6

85,7

7

100

Negatif

1

5,3

1

3,3

1

14,3

0

0,0

Total

19

100

30

100

7

100

7

100

RT-PCR

Positif

16

88,9

26

89,7

5

83,3

6

85,7

Negatif

2

11,1

3

10,3

1

16,7

1

14,3

Total

18

100

29

100

6

100

7

100

 

 

Berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil bahwa pengambilan sampel RDT-Ag dan RT-PCR pada hari ke 1-2 sejak timbulnya gejala didapatkan hasil bahwa hasil RDT-Ag terdapat 18 responden (97,7%) responden positif dan 1 responden (5,3%) responden negatif, sedangkan hasil RT-PCR terdapat 29 responden (96,7%) responden positif dan 1 responden (3,3%). Pengambilan sampel RDT-Ag dan RT-PCR pada hari ke 3-4 sejak timbulnya gejala, pada RDT-Ag didapatkan hasil bahwa hasi RDT-Ag terdapat 29 responden (96,7%) positif dan 1 responden (3,3%) negatif, sedangkan hasil RT-PCR terdapat 26 responden (89,7%) responden positif dan 3 responden (10,3%) negatif.  Selanjutnya, pengambilan sampel RDT-Ag dan RT-PCR pada hari ke 5-6 sejak timbulnya gejala, pada RDT-Ag didapatkan hasil bahwa hasi RDT-Ag terdapat 6 responden (85,7%) positif dan 1 responden (14,3%) negatif, sedangkan hasil RT-PCR terdapat 5 responden (83,3%) responden positif dan 1 responden (14,3%) negatif. Pengambilan sampel RDT-Ag dan RT-PCR pada hari ≥ 7 hari sejak timbulnya gejala, pada RDT-Ag didapatkan hasil bahwa hasi RDT-Ag terdapat 7 responden (100%) positif dan dan tidak ada pasien dengan hasil RT-PCR negatif, sedangkan hasil RT-PCR terdapat 6 responden (85,7%) responden positif dan 1 responden (14,3%) negatif.

 

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Hasil Cycle Threshold Value (CT Value)

Nilai

N

%

Ct < 29

31

51,7

Ct antara 30-37

29

48,3

Ct antara 38-40

0

0

Total

60

100

 

Berdasarkan tabel 4 didapatkan hasil bahwa nilai Cycle Threshold Value (CT Value) paling banyak adalah Ct < 29 sebanyak 37 responden (61,7%), sedangkan nilai Ct antara 30-37 sebanyak 23 responden (38,3%), dan dan tidak ada pasien dengan nilai Ct antara 38-40.

 

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Angka Kematian Berdasarkan Karakteristik Responden

 

Jenis Kelamin

Angka Kematian

N

%

Perempuan

18

72

Laki-Laki

7

28

Total

25

100

Berdasarkan tabel 4 didapatkan angka kematian jenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu sebanyak 18 responden (72%), sedangkan angka kematian jenis kelamin laki-laki sebanyak 7 responden (28%).

 

Tabel 6 Hubungan Nilai Cycle Thresould (CT) Value  dengan Angka Kematian Pasien Covid 19 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pesawaran Lampung

Chi-Square Tests

 

Value

df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square

186.056a

145

.012

Likelihood Ratio

136.510

145

.681

N of Valid Cases

60

 

 

a. 177 cells (98.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .02.

 

 

Berdasarkan tabel di atas, nilai Asymp. Sig. (2-sided) didapatkan sebesar 0,012 < 0,050, sehingga dapat disimpulkan bahwa berarti ada hubungan nilai cycle thresould (CT) Value  dengan angka kematian pasien covid 19 di Rumah sakit umum daerah (RSUD) Pesawaran Lampung.

 

KESIMPULAN DAN SARAN

            Bedasarkan analisis data penelitian mengenai Hubungan Nilai Cycle Threshold Value (CT Value) dengan Tingkat Kematian Pasien Covid 19 di Rumah sakit Umum Daerah (RSUD) Pesawaran Lampung, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

  1. Diketahui bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 41 orang (68,3%) dan paling banyak responden berusia 20-60 tahun (dewasa) sebanyak 40 orang (66,6%) dan lansia >60 tahun sebanyak 20 orang (20%). Tanda dan gejala terbanyak yang didapatkan dari penelitian ini adalah uncomplicated illness sebanyak 41 orang (53,2%) dan mayoritas pasien mengalami keluhan 3-4 hari sebelum masuk rumah sakit. Komorbid terbanyak adalah Diabetes Mellitus sebanyak 19 orang (31,7%).
  2. Diketahui bahwa angka kematian jenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu sebanyak 18 responden (72%), sedangkan angka kematian jenis kelamin laki-laki sebanyak 7 responden (28%).
  3. Diketahui bahwa nilai Cycle Threshold Value (CT Value) paling banyak adalah Ct < 29 sebanyak 37 responden (61,7%), sedangkan nilai Ct antara 30-37 sebanyak 23 responden (38,3%), dan dan tidak ada pasien dengan nilai Ct antara 38-40.
  4. Diketahui bahwa nilai Sig. (2-sided) didapatkan sebesar 0,012 < 0,050, sehingga dapat disimpulkan bahwa berarti ada hubungan nilai cycle thresould (CT) Value dengan angka kematian pasien covid 19 di Rumah sakit umum daerah (RSUD) Pesawaran Lampung.

            Adapun saran-saran penelitian ini yaitu sebagai berikut.

  1. Bagi Masyarakat

Diharapkan bagi masyarakat umum dan kepada penderita agar dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya skrining ketika mengalami tanda dan gejala COVID-19 dan isoasi diri selama masa replikasi virus dimana viral load yang masih tinggi untuk memutus rantai COVID-19.

  1. Bagi Institusi Rumah Sakit

Diharapkan menjadi bahan evaluasi dan referensi terkait hubungan nilai cycle thresould (CT) Value  dengan angka kematian pasien covid 19.

  1. Bagi Peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat mejadi referensi dan data untuk mengembangkan penelitian selanjutnya terkait hubungan nilai cycle thresould (CT) Value  dengan angka kematian pasien covid 19.

 

DAFTAR PUSTAKA

Amari. (2021). Mengenal CT Value, Apa Hubungannya dengan Banyak Virus Corona. Bandung: Amari ITB.

Andrianto, Andi. 2020. Problematika Komunikasi Pandemi Covid-19. Jakarta: Pentas Grafika.

Anies, 2021. Covid 19 Seluk Beluk Corona Virus. Jogjakarta: Arruzz Media. 

Baharuddin dan Rumpa, F.A. (2020). 2019-nCOV (Covid-19): Melindungi Diri Sendiri dengan Lebih Memahami Virus Corona. Yogyakarta: Andi.

Bullard J. Boodman C, Lagacé-Wiens P. Diagnostic testing for SARS-CoV-2. CMAJ. 2020; 192(26): E713.

Dharaniyadewi D, Khie C, Suhendro S. (2015). Peran Prokalsitonin sebagai Penanda Inflamasi Sistemik pada Sepsis. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. 2 (2): 116-

Diah Handayani,et.al. (2020). Penyakit Virus Corona 2019. Jurnal Respirologi Indonesia. Vol 40. No. 2, April 2020.

Elviani, R., Anwar, C., & Sitorus, R. J. (2021). Gambaran Usia Pada Kejadian COVID-19. Jambi Medical Journal9(2), 204-209.

Hasibuan, Elliwati. (2015). Peranan Teknik Polymerase Chain Reaction (Pcr) Terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan Karya Tulis Ilmiah. Pranata Laboratorium Perguruann Tinggi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Herawati, Neng. 2020. Jenis-Jenis Metode Rapid-Test Untuk Deteksi Virus SARS-CoV-2. Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI, BioTrends Vol.11 No.1 Tahun 2020.

Kemenkes RI, nomor HK.01.07/ MENKES/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).

Kemenkes. 2021. Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disesase (Covid-19). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/4642/2021 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pemeriksaan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

Li, J., et al, Guo, T., Shen, Q., Guo, W., He, W. (2020). Clinical Characteristics of Elderly Patients with COVID-19 in Hunan Province. China: A Multicenter, Retrospective Study. Gerontology, 66(5), 467–475.

Notoatmodjo, S. (2017). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pennington, Tess. (2020). Panduan Kesiapsiagaan Hadapi Virus Corona. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) tahun 2020. Penyakit Virus Corona 2019. Jurnal Respirologi Indonesia, Volume 40, Nomor 2, April 2020.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2020. Pneumonia COVID-19 Diagnosa dan Tatalaksana tahun 2020. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

Ridwan dan Akdon. (2017). Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika. Bandung: Alfabeta.

Susilo, C. Adityo. (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal. Penyakit Dalam Indonesia. Vol.7 No.1 Maret 2020.

Ullah, M. A., Moin, A. T., Araf, Y., Bhuiyan, A. R., Griffiths, M. D., & Gozal, D. (2020). Potential Effects of the COVID-19 Pandemic on Future Birth Rate. Frontiers in Public Health, 8. doi: http:10.3389 /fpubh.2020.578438

Wang, Q. Meng, S., Wu, Y., Mao, Y., Ye, R., Zhou, H. (2020). Novel Coronavirus during the early outbreak period: Epidemiology, causes, clinical manifestation and diagnosis, prevention and control. Infectious Disease Poverty, 9(29), 1–12.

WHO. (2021). WHO Coronavirus (COVID-19) Dashboard. www.covid19.who.int.

Yulianto, Diyan. (2021). Covid-19 Updatte, New Ormal, Vaksinasi, dan Fakta-Fakta Baru Yang Perlu Anda Ketahui. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Unduhan

Diterbitkan

2022-09-07