Skripsi Teknik Lingkungan https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl <p>skripsi Mahasiswa Teknik Lingkungan</p> id-ID Skripsi Teknik Lingkungan Produksi Bioetanol Secata Enzimatis Menggunakan Bahan Baku Berbagai jenis limbah kulit singkong https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/1069 <p>ABSTRAK</p> <p>PRODUKSI BIOETANOL SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN BAHAN BAKU</p> <p>BERBAGAI JENIS LIMBAH KULIT SINGKONG</p> <p>Oleh</p> <p>M. INDRA KURNIAWAN</p> <p>Kulit singkong merupakan limbah dari singkong yang memiliki kandungan karbohidrat yang</p> <p>tinggi. Kandungan karbohidrat yang terdapat dalam limbah kulit singkong berpotensi sebagai</p> <p>bahan baku pembuatan bioetanol. Dari 3 jenis kulit singkong yang digunakan kandungan</p> <p>karbohidrat tertinggi terdapat dalam limbah kulit singkong racun sebesar 39,1564%. Proses</p> <p>pembuatan bioetanol dari limbah kulit singkong terdiri dari 4 tahap proses : pre-treatmeant,</p> <p>hidrolisis, fermentasi dan destilasi. Limbah kulit singkong harus dihidrolisis terlebih dahulu</p> <p>menjadi gula redusi sebelum diferementasi dengan ragi roti yang mengandung</p> <p>Saccharomyces cerevisiae menjadi bioetanol. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan jenis</p> <p>limbah kulit singkong yang baik dalam menghasilkan kadar etanol tertinggi melalui proses</p> <p>hidrolisis secara enzimatik dan fermentasi. Penelitian ini dilakukan dalam dalam empat tahap:</p> <p>yaitu tahap pre-treatmeant, tahap hidrolisis dilakukan dengan 2 proses tahapan yaitu, proses</p> <p>likuifikasi menggunakan enzim alfa-amilase dengan volume enzim 0.8 ml/lt dan proses</p> <p>sakarifikasi menggunakan gluko-amilase dengan volume 0,4 ml/lt. Pada tahap fermentasi</p> <p>konsentrasi ragi mauripan atau Saccharomyces cerevisiae yang digunakan sebesar 8 gram</p> <p>yang selanjutnya diaktifasi menggunakan 80 ml aquades selama 24 jam. Fermentasi</p> <p>dilakukan pada suhu kamar selama 72 jam. Tahap destilasi atau pemisahan larutan</p> <p>menggunakan titik didih dilakukan seteleh proses fermentasi kemudian kadar etanol diukur</p> <p>menggunakan alat alkohol meter. Hasil penelitian yang didapatkan yaitu : Didapatkan hasil</p> <p>kadar bioetanol terbaik adalah bahan baku limbah kulit singkong racun sebesar 3,1 % dalam</p> <p>volume 100 ml.</p> <p>Kata kunci : Jenis limbah kulit singkong, hidrolisis enzimatis, fermentasi, destilasi, etanol.</p> M. Indra Kurniawan Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-08 2024-10-08 A Pengaruh Jenis Tanaman Bambu Jepang (Dracena Curculosa), Bougenville (Bougenville, sp), dan Cemara Papua (Papuanus Cupressus) Sebagai Media Peredam Kebisingan https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/3214 <p>Sarana penentu dalam kesuksesan kegiatan belajar mengajar adalah ergonomi lingkungan yang baik. <br>Namun salah satu sarana yang kerap menjadi persoalan terbesar dalam kegiatan pembelajaran adalah <br>kebisingan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mereduksi kebisingan bersifa alam dan buatan. <br>Peredam kebisingan yang bersifat alam dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan vegetasi atau <br>tanaman seperti Bambu Jepang (Dracena Surculosa), Bougenville (Bougenville sp,) dan Cemara <br>Papua (Cupressus Papuanus). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis ke-3 tanaman <br>tersebut terhadap penurunan tingkat kebisingan. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan <br>barrier yang ditambahkan tanaman Bambu Jepang (Dracena Surculosa), Bougenville (Bougenville <br>sp,) dan Cemara Papua (Cupressus Papuanus). Perhitungan kebisingan menggunakan rumus pada <br>Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 dan nilai ambang batas kebisingan <br>menggunakan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018. <br>Transmission Loss oleh tanaman disesuaikan berdasarkan SNI No. 7231. Pengukuran tingkat <br>kebisingan menggunakan alat Sound Level Meter. Berdasarkan hasil penelitian yang telah <br>dilaksanakan, dapat disimpulakan bahwa Media peredam kebisingan dengan memanfaatkan tanaman <br>seperti tanaman Bambu Jepang (Dracaena Surculosa) dapat meredam kebisingan hingga 5,3 dB dan <br>efektivitas tanaman Bambu Jepang dalam mereduksi kebisingan setara dengan 0,061059908%. <br>Efisiensi penurunan tingkat kebisingan oleh tanaman Bougenville (Bougenville sp,) sebesar 1,5 dB <br>dan efektivitas tanaman Bougenville (Bougenville sp,) dalam mereduksi kebisingan setara dengan <br>0,017281106%. Efisiensi tanaman Cemara Papua (Cupressus Papuanus) dalam meredam kebisingan <br>sebesar 0,4 dB. Efektivitas tanaman Cemara Papua (Cupressus Papuanus) dalam mereduksi <br>kebisingan setara dengan 0,004608295%. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan ukuran, bentuk tanaman, dan ketidak setaraan jarak media tanaman pada barrier.</p> Vina Dwi Cahya A.S Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-07 2024-10-07 P PENGUKURAN DAN ANALISIS INTENSITAS KEBISINGAN DI AREA PRODUKSI PT. BUKIT ASAM TBK, UNIT PELABUHAN https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/1613 <p>ABSTRAK</p> <p>Batu bara adalah salah satu sumber energi selain minyak dan gas bumi yang banyak menghasilkan devisa negara. Namun dibalik kelebihannya, aktivitas pelabuhan batu bara memiliki dampak negatif yaitu pencemaran udara seperti polusi udara, debu, getaran dan kebisingan. Kebisingan yang berlebihan dapat berdampak pada fisik maupun psikologi pekerja. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kebisingan dan mengambarkan pemetaan di PT. Bukit Asam Tbk Unit Pelabuhan Tarahan. Alat yang digunakan untuk menentukan kebisingan dalam penelitian ini adalah <em>sound level meter</em>, pemetaan menggunakan <em>softwere surfer 16</em>, dan perhitungan kebisingan menggunakan rumus pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 dan nilai ambang batas kebisingan menggunakan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dengan cara mencatat setiap 5 detik selama 10 menit diperoleh tingkat kebisingan rata-rata pada titik 1 <em>rotary car dumper </em>sebesar 81,3 dB, pada titik 2 <em>stune crusher </em>85,4 dB, pada titik 3 <em>belt conveyor </em>87,7 dB, pada titik 4 <em>transfer tower </em>88,5 dB, pada titik 5 <em>ship loader </em>87,3 dB. Berdasarkan hasil analisa tingkat kebisingan rata-rata di PT. Bukit Asam tbk unit Pelabuhan Tarahan belum memenuhi standar baku mutu yang telah ditentukan yaitu 85 dB. Adapun rekomendasi strategi pengendalian kebisangan terhadap sumber bising yaitu perawatan mesin, perawatan komponen, dan modifikasi alat; pengendalian terhadap penerima bising yaitu pekerja wajib menggunakan alat pelindung telinga, rotasi kerja, pemasangan simbol-simbol dan monitoring penggunaan alat pelindung diri; serta pengendalian menggunakan penghalang kebisingan alami yaitu menggunakan tanaman bambu pagar dan pucuk merah.</p> <p><strong>Kata kunci: </strong>kebisingan, <em>sound level meter</em>, pemetaan, bukit asam</p> <p>&nbsp;</p> Melya Roza Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-08 2024-10-08 p PENGGUNAAN ARANG IJUK POHON AREN DENGAN AKTIVASI BASA SEBAGAI ADSORBEN UNTUK MENURUNKAN KADAR SALINITAS AIR SUMUR (Studi kasus di Kelurahan Pesawahan, Teluk Betung Selatan) https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/3808 <p>Salah satu komponen lingkungan yang mempunyai peranan cukup besar dalam kehidupan adalah air. Air yang digunakan harus memenuhi syarat dari segi kualitas dan kuantitasnya. Air yang tersedia di daerah tertentu tidak memenuhi persyaratan sehingga diperlukan upaya perbaikan secara sederhana maupun modern. Kelurahan Pesawahan merupakan salah satu daerah pesisir yang ketersediaan air nya berasal dari air sumur yang mengandung kadar salinitas yang melebihi ambang batas baku mutu yaitu 5<sup>0</sup>/<sub>00</sub>, sehingga air ini kurang layak untuk dikonsumsi. Maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi arang ijuk pohon aren dengan aktivasi basa terhadap penurunan kadar salinitas air sumur. Penelitian ini dilakukan secara <em>batch</em> pada skala laboratorium. Dengan sampel air sumur 100ml dan berat adsorben &nbsp;2 gram, tiga kondisi yang diteliti ialah arang ijuk pohon aren tanpa perlakuan (arang belum di aktivasi ), arang ijuk pohon aren yang diaktivasi basa kuat (larutan KOH) dan arang ijuk pohon aren yang diaktivasi basa lemah (larutan NH<sub>4</sub>OH). Waktu sampling 5,10,15,20,25 dan 30 menit. Hasil penelitian di dapat bahwa seluruh jenis aktivasi berpotensi menurunkan kadar salinitas sebesar 20%,40% dan 80%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah aktivasi basa dapat memperbaiki kadar salinitas air sumur. Aktivasi menggunakan basa lemah berpotensi menurunkan kadar salinitas mencapai 40% sedangkan menggunakan aktivasi basa kuat berpotensi menurunkan kadar salinitas dengan efisiensi penurunan yang paling tinggi 80%.</p> Trisna Putri Oktarina Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-07 2024-10-07 Skripsi PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN JENIS RAGI PADA PEMBUATAN BIOETANOL MENGGUNAKAN BAHAN BAKU LIMBAH KULIT NANAS DENGAN TAHAPAN HIDROLISIS SECARA KIMIAWI https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/3127 <p><sup>Tahun 2022 Provinsi Lampung mengalami peningkatan pada pertanian nanas dengan<br>produksi nanas mencapai 861.706 ton. Tingginya produksi nanas menimbulkan<br>sampah kulit nanas yang dapat dimanfaatkan sebagai bioetanol. Limbah kulit nanas<br>memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, yang berpotensi dapat digunakan<br>sebagai bahan baku bioetanol. Pembuatan bioetanol menggunakan metode hidrolisis<br>asam melalui tahapan pre-treatment (pencucian, pemotongan, dan penghalusan kulit<br>nanas), proses hidrolisis menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4) 2,5% temperature<br>100o<br>c selama 1 jam, proses fementasi dengan ditambahkannya larutan seeding (larutan<br>2 jenis ragi). Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh 2 jenis ragi (fermipan,<br>mauripan) dan waktu fermentasi yang dilakukan selama 24 jam, 48 jam, 72 jam, 96<br>jam terhadap kadar bioetanol yang akan dihasilkan dari proses pembuatan bioetanol<br>secara kimiawi menggunakan asam sulfat (H2SO4). Sampel hasil fermentasi kemudian<br>didestilasi dan diukur kadar etanolnya. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan ragi<br>fermipan dan ragi mauripan menghasilkan kadar bioetanol yang berbeda, yaitu ragi<br>fermipan menghasilkan kadar bioetanol 1%, 1,2%, 2%, 1,2%, sedangkan ragi farmipan<br>menghasilkan kadar bioetanol 0,4%, 0,6%, 0,8%, 0,8%. Dengan demikian dapat<br>disimpulkan pada pembuatan bioetanol kulit nanas ragi yang efektif digunakan adalah<br>menggunakan ragi farmipan dengan kadar etanol tertinggi 2% pada waktu 72 jam.</sup></p> nur fatimah Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-07 2024-10-07 the PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI BAHAN BAKU `PEMBUATAN KOMPOS DENGAN KOTORAN SAPI DAN AYAM SEBAGAI SUMBER MIKROBA MENGGUNAKAN METODE TAKAKURA https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/1598 <p>PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI BAHAN BAKU<br>`PEMBUATAN KOMPOS DENGAN KOTORAN SAPI DAN AYAM SEBAGAI SUMBER MIKROBA MENGGUNAKAN METODE TAKAKURA</p> Lilis Sutrisnawati Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-08 2024-10-08 A ANALISIS KINERJA SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH PDAM WAY SEKAMPUNG KABUPATEN PRINGSEWU ( Studi Kasus di Kelurahan Bumi Arum Kecamatan Pringsewu ) https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/3806 <p>PDAM merupakan perusahaan pemerintah yang mengelola penyediaan air bersih <br>diharapkan mampu memenuhi kebutuhan air bersih dari segi kuantitas, kualitas dan <br>kontiunitas. Namun pada saat ini PDAM Way Sekampung belum mampu <br>memenuhi kebutuhan air, dapat dilihat pada tingkat pelayanan yaitu hanya <br>mencapai 13,40% dan kehilangan air mencapai 34,01%, serta banyaknya <br>pengaduan dari pelanggan tentang rendahnya kinerja sistem distribusi PDAM Way <br>Sekampung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kinerja sistem distribusi <br>PDAM Way Sekampung dengan menganalisis kemampuan jaringan dalam <br>memenuhi kebutuhan air dari faktor kinerja, kualitas, kuantitas, kontinuitas dan <br>mengetahui kepuasan pelanggan terhadap kinerja PDAM. Metode penelitian yaitu <br>menganalisis kinerja sistem distribusi terhadap tekanan dan debit dikonsumen pada <br>4 zona penelitian yaitu zona I di Bumi Arum 1, zona II di Bumi Arum 2, zona III di <br>Bumi Arum 3, zona IV di Bumi Arum 4 dengan jarak dari reservoir ke zona I adalah <br>5786 meter, ke zona II adalah 1241 meter, ke zona III adalah 1065 meter, ke zona <br>IV adalah 2541 meter. Hasil pengukuran tekanan dan debit air dibandingkan dengan <br>analisis program Epanet 2.2 serta didukung dengan tingkat kepuasan pelanggan <br>melalui media kuesioner yang disurvei langsung ke pelanggan PDAM. <br>Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan untuk zona I, II, III <br>dan IV didapatkan untuk tekanan masing-masing yaitu 0,29 kg/cm2<br>, 1,02 kg/cm2<br>, <br>1,11 kg/cm2<br>, 1,49 kg/cm2 dan untuk debit masing-masing yaitu 0,12 liter/detik, 0,15 <br>liter/detik, 0,39 liter/detik, 0,38 liter/detik. Hasil diatas dibandingan dengan analisa <br>epanet, untuk tekanan 0,29 kg/cm2<br>/3,02 kg/cm2<br>, 1,02 kg/cm2<br>/2,83 kg/cm2<br>, 1,11 <br>kg/cm2<br>/2,27 kg/cm2<br>, 1,49 kg/cm2<br>/ 2,93 kg/cm2<br>sedangkan untuk debit 0,12 liter/detik <br>/0,29 liter/detik, 0,15 liter/detik /0,44 liter/detik, 0,39 liter/detik /0,22 liter/detik, <br>0,38 liter/detik /0,27 liter/detik. Kesimpulan dari analisis kinerja PDAM Way <br>Sekampung berdasarkan tekanan dan debit adalah semakin jauh lokasi pelayanan <br>maka tekanan dan debit semakin rendah. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan <br>bahwa kinerja sistem distribusi PDAM Way Sekampung sudah memenuhi standar <br>kebutuhan air bersih dari segi kuantitas, kualitas dan kontinuitas untuk wilayah <br>pelayanan Kelurahan Bumi Arum.</p> kiki iqbal sahara Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-07 2024-10-07 P PENURUNAN KADAR FOSFAT DALAM AIR LIMBAH LAUNDRY MENGGUNAKAN KULIT JENGKOL SEBAGAI ADSORBEN https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/3119 <p>The growth and development of the population in the era of globalization has resulted in many businesses starting to emerge that are founded by the community, one of the businesses is laundry cleaning services. Liquid waste from clothes washing businesses contains a lot of phosphate which is toxic and can cause eutrophication of water, therefore it needs to be treated first before being discharged into the environment. One method that can be applied is adsorption. Chemical adsorbents often cause side effects on the environment, therefore it is necessary to develop natural adsorbents from biomass in the environment itself. This research aims to determine the reduction in phosphate levels in artificial laundry wastewater using jengkol peel as an adsorbent. This research uses the batch method, batch adsorption will provide an overview of the capabilities of the adsorbent by contacting it with the adsorbate solution in a container for a certain time interval without any flow in and out of the system. The results of the research were that at an adsorption speed of activated charcoal adsorbent of 2 grams at 5-10 minutes, the adsorption speed was 0.516 mg/l/minute, at an activated charcoal adsorbent adsorption speed of 3 grams at 0-5 minutes, the adsorption speed was 0.774 mg. /l/minute, and at an adsorption speed of 4 grams of activated charcoal adsorbent at 0-5 minutes, the adsorption speed was 1.248 mg/l/minute. The more adsorbent the better the reduction in phosphate concentration.<br>Keywords : Laundry, Adsorption, Batch Method.</p> Dias Eka Pranata Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-07 2024-10-07 s PERENCANAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH BERBASIS 3R ( REDUCE, REUSE, RECYCLE) DI UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/4517 <p>Abstrak, Sampah merupakan sisa atau limbah yang berasal dari aktivitas manusia atau proses alam dan berwujud padat. Peningkatan jumlah civitas akademika Universitas Malahayati di setiap tahun berbading lurus dengan laju timbulan sampah yang <br>dihasilkan setiap harinya, oleh karena itu perlu dilakukan upaya pengolahan sampah dalam skala kawasan. Tempat pengolahan sampah berbasis 3R (TPS 3R) merupakan lokasi di mana dilakukan kegiatan pengumpulan, pemilahan, <br>penggunaan kembali, dan daur ulang sampah yang dirancang untuk membantu mengolah sampah dalam skala kawasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana desain perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) berbasis 3R (Reuse, Reduce, Recycle) di Universitas Malahayati. Metode penelitian yang digunakan yaitu SNI 19-3694-1994 mengenai metode pengambilan dan pengukuran sampel timbulan dan komposisi sampah perkotaan. Berdasarkan hasil penelitian timbulan sampah Universitas Malahayati Bandar Lampung sebesar 4,26 m3 /hari, dengan berat 245,89 kg/hari. Untuk timbulan rata-rata sebesar 0,0034 kg/orang/hari dan dalam volume yaitu sebesar 0,00058 m3/orang/hari. Sedangkan komposisi sampah di Universitas Malahayati Bandar Lampung yaitu plastik 40,30%, kertas 10,71%, logam 1,58%, sisa makanan 18,50%, B3 1,10%, halaman 12,50%, residu 2,91%, dan botol 12,42 %. Total kebutuhan ruang TPS 3R Universitas Malahayati Bandar Lampung seluas 243,75 m2 yang mampu melayani 8.620 jiwa dengan kapasitas pengolahan sebanyak 5m3/hari dengan total RAB sebesar Rp. 466.693.000.</p> Ananda Restu Abadi Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-11-11 2024-11-11 penggunaan kerikil, kelereng, dan bio-ball sebagai media proses biofilter pada pengolahan limbah cair domestik https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/1585 <p><strong><sub>Kota Bandar Lampung merupakan pusat perekonomian yang ada di Provinsi Lampung. Masyarakat Bandar Lampung masih membuang limbah cair domestik langsung kesaluran drainase. Limbah cair domestik merupakan air bekas yang pada umumnya dihasilkan oleh kegiatan mandi, mencuci, kakus, maupun kegiatan dapur yang banyak menggunakan air. Biofilter merupakan salah satu alternatif untuk pengolahan limbah cair domestik secara aerob menggunakan media kelereng, kerikil, dan bio-ball. Tujuan penelitian ini mengetahui seberapa besar potensi kelereng, kerikil, dan bio-ball sebagai media proses biofilter pada pengolahan limbah cair domestik. Penelitian dilakukan pada skala laboratorium dan menggunakan reaktor akrilik berdiameter 10 cm, tinggi 30 cm yang menggunakan aliran upflow dengan debit 21,05 ml/detik dan volume media yang sama. Limbah cair domestik yang digunakan bersumber di Jalan. Pramuka Gang Haji Maherat Raja Basa Kota Bandar Lampung. Penelitian dilakukan selama 12 hari, dengan melakukan pengambilan sempel pada hari ke 3,6,9, dan 12. Berdasarkan hasil penurunan kelereng, kerikil, dan bio-ball, ketiga media tersebut mampu menurunkan konsentrasi BOD pada limbah cair domestik. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan kelereng, kerikil, dan bio-ball dapat menurunkan BOD masing-masing yaitu 45,7%, 34,4%, dan 54,3%. Dapat dilihat dari hasil penurunan ketiga media, media bio-ball yang paling efektif untuk menurunkan konsentrasi BOD pada limbah cair domestik, nilai BOD awal yaitu 67,4 mg/l menurun menjadi 30,8 mg/l.<br>Kata kunci : Air Limbah Domestik, Biofilm, Aerob, Biofilm, Kerikil, Kelereng, Bio-ball</sub></strong></p> priantika sari Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-08 2024-10-08 A Kondisi Ruang Terbuka Hijau (RTH) Di Kawasan Universitas Malahayati Dalam Menyerap Emisi Karbon Dioksida CO2 Dari kendaraan bermotor Pasca Pandemi Covid-19 https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/3270 <p>Universitas Malahayati (UNMAL) merupakan salah satu tempat pendidikan perguruaan tinggi dengan jumlah mahasiswa yang semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan tingginya jumlah kendaraan yang berpotensi meningkatkan emisi karbon dioksida (CO2). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari kendaraan bermotor dan daya serap ruang terbuka hijau (RTH) di kawasan UNMAL pasca pandemi covid-19. Perhitungan jumlah kendaraan dilakukan untuk mengetahui jumlah emisi dengan menggunakan metode traffic counting pada jam puncak pagi, siang dan sore selama 6 hari dan perhitungan emisi karbon dioksida dengan microsoft excel dan dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 12 tahun 2010 dan studi literatur digunakan dalam menghitung daya serap pohon pengisi RTH. Hasil penelitian ini menunjukkan total emisi pada kendaraan bermotor di kawasan UNMAL pasca pandemi covid-19 sebesar 36.904,36 g CO2/jam dan daya serap pohon di kawasan UNMAL sebesar 748.006,92 g CO2/jam. Berdasarkan hasil ruang terbuka hijau (RTH) di kawasan UNMAL masih mampu menyerap emisi CO2. Strategi yang dilakukan untuk lebih mengoptimalkan kemampuan serapan dari kendaraan bermotor akan dilakukan pemeliharaan tanaman (penyiraman, pemangkasan, dan pemupukan) dan dengan melakukan Re-vegetasi (pergantian/penambahan) pohon di beberapa area seperti media jalan, taman, parkiran, dan heliped.</p> Voni Egya Janika Pputri Voni Egya Janika Putri Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-07 2024-10-07 THE EFEKTIVITAS BIOKOAGULAN DARI BIJI ASAM JAWA, BIJI FLAMBOYAN DAN BIJI SALAK UNTUK MENURUNKAN KADAR PHOSPAT DAN COD PADA AIR LIMBAH LAUNDRY https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/2832 <p>Maraknya industri <em>laundry</em> bisa mengakibatkan banyaknya air buangan yang mengandung bahan-bahan pencemar yang sulit untuk dihilangkan dan berbahaya pada lingkungan. Oleh sebab itu perlu adanya pengolahan supaya lingkungan tidak tercemar. Salah satu metode pengolahan air limbah yang dapat dilakukan adalah metode koagulasi-flokulasi. Di Indonesia banyak tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai biokoagulan seperti biji asam jawa (<em>tamarindus indica</em>), biji flamboyan (<em>delonix regia</em>), dan biji salak (<em>salacca zalacca</em>). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas biokoagulan dari biji asam jawa, biji flamboyan dan biji salak dalam menurunkan kadar phospat dan COD pada air limbah <em>laundry</em>. Metode yang digunakan adalah koagulasi-flokulasi dengan penambahan biokoagulan dari biji asam jawa (<em>tamarindus indica</em>), biji flamboyan (<em>delonix regia</em>), dan biji salak (<em>salacca zalacca</em>). Hasil penelitian menunjukan penurunan kadar phospat terbaik terjadi pada biokoagulan biji asam jawa <em>(Tamarindus indica)</em>, sebesar 39,3%. Sedangkan Persentase penurunan phospat pada biji flamboyan sebesar 27,2 %&nbsp; dan&nbsp; biji salak sebesar 29,6 %. Penurunan kadar COD didapatkan hasil bahwa biokoagulan biji asam jawa lebih baik dalam menurunkan kadar COD pada air limbah <em>laundry</em> dengan Persentase 17,7%. Sedangkan Persentase biokoagulan biji flamboyan <em>(Delonix regia)</em> sebesar 8,4 %, biokoagulan biji salak <em>(Salacca zalacca)</em> memiliki persentase sebesar 12,0 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa biokoagulan biji asam jawa <em>(Tamarindus indica) </em>lebih baik penurunannya dibandingkan dengan biji flamboyan <em>(Delonix regia) </em>dan biji salak <em>(Salacca zalacc)</em>. Pengolahan air limbah <em>laundry</em> secara koagulasi-flokulasi menggunakan biokoagulan biji asam jawa, biji flamboyan dan biji salak dapat menurunkan kadar phosfat dan COD</p> MEGA YULINDA Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-08 2024-10-08 p PERBEDAAN EFEKTIVITAS CANGKANG KEONG SAWAH (Pila ampullacea) DAN CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) SEBAGAI BIOKOAGULAN UNTUK MENURUNKAN COD DAN TSS PADA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMАН MAKAN https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/4374 <p>Air limbah merupakan bahan buangan yang berbentuk cair mengandung bahan- bahan pencemar yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya, sehingga air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Salah satu pengolahan air buangan yaitu proses koagulasi-flokulasi. Dengan meningkatnya kesadaran manusia akan kesehatan lingkungan, maka koagulan alami mulai banyak digunakan salah satunya biokoagulan kitosan yang berasal dari hewan keong sawah dan bekicot untuk pengolahan limbah cair Tujuan dari penelitian ini mengetahui efektivitas biokoagulan dari cangkang keong sawah (Pila ampullaccea) dan cangkang bekicot (Achatina fulica) dalam penurunan konsentrasi COD dan TSS pada limbah cair rumah makan. Metode yang digunakan adalah koagulasi-flokulasi dengan penambahan biokoagulan dari cangkang keong sawah (Pila ampullaccea) dan cangkang bekicot (Achatina fulica) dengan konsentrasi kitosan 1% dan variasi dosis 30ml, 60ml, dan 90ml. Pengujian konsentrasi awal limbah cair rumah makan menunjukan nilai COD sebesar 797,1 mg/l dan TSS sebesar 281 mg/l. Hasil penelitian menunjukkan penurunan konsentrasi COD terbaik terjadi pada biokoagulan dari cangkang bekicot dengan persentase penurunan sebesar 55,8% menggunakan dosis 90ml. Sedangkan penurunan konsentrasi TSS terbaik sebesar 59,7% menggunakan dosis 90ml biokoagulan dari cangkang bekicot. Pengolahan limbah cair secara koagulasi-flokulasi menggunakan biokoagulan cangkang keong sawah dan cangkang bekicot dapat menurunkan kadar COD dan TSS Sehingga diharapkan bagi setiap industri usaha rumah makan dapat melakukan pengolahan limbah cair rumah makan dengan metode koagulasi-flokulasi menggunakan biokoagulan dari kedua jenis cangkang tersebut.</p> ajeng selfiyana Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-07 2024-10-07 PENGGUNAAN BERBAGAI BIOKOAGULAN PADA PROSES KOAGULASI-FLOKULASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH MAKAN https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/1563 <p>ABSTRAK<br>PENGGUNAAN BERBAGAI BIOKOAGULAN PADA<br>PROSES KOAGULASI-FLOKULASI PENGOLAHAN<br>LIMBAH CAIR RUMAH MAKAN<br>Wahyu Gabael Tamba<br>Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Malahayati<br>Jl. Pramuka No.27, Kemiling, Bandar Lampung<br>Email: wahyu24tamba@gmail.com<br>Air limbah merupakan bahan buangan yang berbentuk cair mengandung bahan-bahan<br>pencemar yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Salah satu kegiatan usaha yang<br>menimbulkan limbah cair adalah usaha rumah makan. Rumah makan menimbulkan limbah<br>cair yang karakteristiknya sama dengan limbah cair domestik pada umumnya. Namun<br>sangat disayangkan untuk fasilitas pengolahan limbah cair pada rumah makan masih sangat<br>terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas berbagai jenis biokoagulan<br>(biji asam jawa (Tamarindus Indica L), biji kecipir (Psophocarpus Tetragonolobus L), dan<br>biji kelor (Molinga Oleifera L)) dalam menurunkan konsentrasi COD dan TSS dalam<br>limbah cair rumah makan. Metode yang digunakan adalah koagulasi-flokulasi dengan<br>penambahan biokoagulan dari biji asam jawa (Tamarindus Indica L), biji kecipir<br>(Psophocarpus Tetragonolobus L), dan biji kelor (Molinga Oleifera L). Hasil penelitian<br>menunjukan penurunan konsentrasi COD terbaik terjadi pada biokoagulan dari biji kecipir<br>dengan persentasi penurunan yaitu 17%. Sedangkan untuk penurunan konsentrasi TSS<br>tidak memiliki perbedaan yang begitu mencolok yaitu dengan persentasi penurunan TSS<br>sebesar 44,7% untuk biji asam jawa, 42,8% untuk biji kecipir dan 46,6% untuk biji kelor.<br>Pengolahan limbah cair secara koagulasi-flokulasi menggunakan biokoagulan biji asam<br>jawa, biji kecipir dan biji kelor dapat menurunkan kadar COD dan TSS. Sehingga<br>diharapkan bagi setiap industri usaha rumah makan dapat melakukan pengolahan limbah<br>cair rumah makan dengan metode koagulasi-flokulasi menggunakan biokoagulan dari bijibijian tersebut.<br>Kata kunci: Biokoagulan, Limbah cair rumah makan, Koagulasi-flokulasi, Biji asam jawa, Biji kelor, dan Biji kecipir.<br><br></p> Wahyu Gabael Tamba Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-08 2024-10-08 A Penggunaan Biji Semangka dan Biji Pepaya Sebagai Biokoagulan Pada Proses Koagulasi - Flokulasi Pengolahan Limbah Cair Rumah Makan https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/3216 <p>Air limbah merupakan bahan buangan berbentuk cair mengandung bahan kimia yang sukar untuk <br>dihilangkan dan berbahaya, sehingga air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan <br>tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Salah satu kegiatan usaha yang menghasilkan limbah <br>adalah usaha rumah makan. Secara umum limbah cair rumah makan mengandung limbah yang <br>karakteristik kimia salah satunya yaitu Chemical Oxygen Demand (COD) dan Total Suspended <br>Solid (TSS) yang tinggi melebihi baku mutu sebesar 349 mg/l dan 289 mg/l sehingga perlu adanya <br>pengolahan air limbah. Salah satu pengolahannya adalah dengan menambahkan koagulan untuk <br>menurunkan kadar COD dan TSS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas bahan <br>koagulan biji semangka (Citrullus Lanatus) dan biji pepaya (Carica papaya) dalam menurunkan <br>kadar COD dan TSS dalam air limbah rumah makan dengan metode yang digunakan adalah <br>koagulasi-flokulasi. Dengan penambahan serbuk biji semangka (Citrullus Lanatus) dan serbuk biji <br>pepaya (Carica papaya). Hasil penelitian dengan menggunakan bahan koagulan serbuk biji <br>semangka yang dilakukan pengadukan cepat 200 rpm selama 2 menit dan pengadukan lambat 40 <br>rpm selama 5 menit dan didapat hasil penurunan COD yaitu 31,37% dan Hasil penelitian dengan <br>menggunakan bahan koagulan serbuk biji pepaya yang dilakukan pengadukan cepat 200 rpm <br>selama 2 menit dan pengadukan lambat 40 rpm selama 5 menit dan didapat hasil penurunan COD <br>yaitu 27,7%. Sedangkan untuk penurunan konsentrasi TSS untuk serbuk biji semangka didapat <br>hasil 16.78% dan untuk biji pepaya didapat 14,25%. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan <br>menggunakan biji semangka dan biji pepaya didapatkan hasil terbaik menggunakan biji semangka <br>dengan perbedaan yang tidak signifikan antara kedua bahan. Diharapkan bagi pelaku usaha rumah <br>makan dapat melakukan pengolahan limbah cair rumah makan dengan menggunakan metode <br>koagulasi-flokulasi menggunakan biokoagulan dari serbuk biji semangka dan serbuk biji pepaya <br>tersebut.</p> Arya Dipo Airlangga Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-07 2024-10-07 A Analisis Emisi Karbon Dioksida co2 Kendaraan Bermotor Di Kecamatan Tanjung Karang Pusat https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/1614 <ul> <li>ANALISIS EMISI KARBON DIOKSIDA (CO2) PADA KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT<br>Indah Permatasari¹, Rani Ismiarti Ergantara¹, Natalina¹<br>Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Malahayati,<br>Jl. Pramuka No. 27 Kemiling, Bandar Lampung, Telp/Fax. (0721)271112-271119<br>E-mail : indahpermatasari3690@gmail.com <br>ABSTRAK<br>Pesatnya pembangunan dan jumlah penduduk di Kota Bandar Lampung mengakibatkan tingginya jumlah kendaraan yang berpotensi meningkatkan emisi karbon dioksida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah konsentrasi karbon dioksida yang dihasilkan dari kendaraan bermotor dan menganalisis konsentrasi karbon dioksida yang dihasilkan dari kendaraan bermotor di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung. Penelitian ini dilakukan di jalan arteri Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Perhitungan jumlah kendaraan dilakukan dengan metode traffic counting pada jam puncak pagi, siang, sore selama 7 hari. Perhitungan emisi karbon dioksida dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 12 tahun 2010 dan analisis regresi hubungan jumlah kendaraan terhadap emisi karbon dioksida dilakukan menggunakan microsoft excel. Hasil penelitian ini menunjukkan total emisi karbon dioksida pada kendaraan bermotor di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung sebesar 2.532.542,57 g CO2/jam dimana emisi tertinggi terdapat pada Jalan R.A Kartini sebesar 1.145.996,18 g CO2/jam. Strategi pengendalian emisi karbon dioksida pada Jalan R.A Kartini melalui tiga aspek yaitu aspek kelembagaan dengan upaya regulasi kebijakan pemerintah, aspek teknis dilakukan dengan pembatasan kendaraan bermotor, pengecekan mesin secara berkala, pengadaan jalur teduh serta penerapan hari bebas kendaraan, dan aspek lingkungan dengan pengoptimalisasian ruang terbuka hijau dengan menerapkan bangunan ramah lingkungan.<br>Kata kunci : Emisi, Karbon Dioksida, Traffic Counting, Kendaraan Bermotor, Bandar Lampung, Tanjung Karang Pusat</li> </ul> indah permatasari Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-08 2024-10-08 P penggunaan arang ijuk pohon aren sebagai adsorben dengan aktivasi fisik untuk menurunkan kadar salinitas air sumur (studi kasus kelurahan pesawahan teluk betung selatan ) https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/3809 <p>Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi makhluk hidup. Air yang <br>dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan <br>yaitu air yang jernih, tidak berwarna, tawar, dan tidak berbau. Desa<br>Pesawahan, Teluk Betung Selatan merupakan daerah pesisir, dimana telah <br>dilakukan pengecekan kadar salinitas pada salah satu sumur. Kadar salinitasnya<br>cukup tinggi yaitu 5 ppt, sehingga untuk dikonsumsi perlu suatu pengolahan <br>terlebih dahulu. Salah satu penanganan (pengolahan) untuk mengatasi masalah<br>tingginya kandungan salinitas adalah dengan proses adsorpsi. Penelitian ini <br>bertujuan untuk mengetahui efektivitas aktivasi fisik (panas) arang ijuk pohon <br>aren terhadap penurunan kadar salinitas air sumur. Aktivasi yang digunakan <br>adalah temperatur (pemanasan) yaitu pada temperatur 110ºC, 120 ºC, dan <br>130 ºC masing-masing selama 1 jam. Proses adsorpsi dilakukan secara metode<br>batch, dengan air sampel 100 ml dan 2 gr arang aktif. Sampling dilakukan pada <br>waktu kontak 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30 menit dengan 2 kali pengulangan. Hasil <br>penelitian ini menunjukkan bahwa adsorben yang tidak diaktivasi dapat <br>menurunan sebesar 40%, sedangkan adsorben yang telah diakivasi pada suhu <br>110ºC, 120 ºC, dan 130ºC menunjukkan hasil efektivitas penurunan yang tidak <br>berbeda yaitu di akhir 50%. Perbedaanya hanya pada waktu pencapaiannya <br>penurunan efektivitas diakhir 50%. Untuk aktivasi 110ºC, 120 ºC, dan 130 ºC <br>waktu tercapainya penurunan efektivitas 50% masing-masing pada menit ke <br>25, 20, dan 10 menit. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa aktivasi fisik dapat <br>menaikkan efektivitas penurunan kadar salinitas. semakin tinggi temperatur <br>aktivasi, waktu jenuh proses adsorpsi semakin cepat.</p> Aprilia Dwii Ningtyas Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-07 2024-10-07 Pengaruh jenis tanah terhadap degradasi bioplastik Poli- Asam laktat (PLA) https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/1068 <p><sub>ABSTRAK </sub></p> <p><sub>PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP DEGRADASI </sub></p> <p><sub>BIOPLASTIK Poli-Asam Laktida (PLA) </sub></p> <p><sub>Oleh: </sub></p> <p><sub>Cut Nada Nadya </sub></p> <p><sub>Pembuangan sampah plastik merupakan salah satu masalah utama yang mengancam </sub></p> <p><sub>faktor lingkungan dimana barang-barang berbahan plastik membutuhkan waktu selama </sub></p> <p><sub>10 sampai 1.000 tahun agar dapat terurai. Hal inilah yang mengakibatkan makin </sub></p> <p><sub>bertumpuknya sampah plastik karena sulit diuraikan dan biaya pengolahan yang tinggi. </sub></p> <p><sub>Salah satu solusi telah diterapkan produksi dan penggunaan plastik biodegradable. Plastik </sub></p> <p><sub>biodegradable (bioplastik) dapat terurai oleh aktivitas mikroorganisme yang ada didalam </sub></p> <p><sub>tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis tanah humus, tanah pasir, </sub></p> <p><sub>dan tanah laterit dalam mengukur presentase penurunan berat bioplastik terhadap waktu. </sub></p> <p><sub>Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah biodegradasi. Penelitian ini dilakukan </sub></p> <p><sub>dalam skala laboratorium (Volume toples plastik =1000 ml ) pada kondisi aerob dan </sub></p> <p><sub>anaerob. Hasil rata-rata degradasi bioplastik pada jenis tanah humus secara aerob dan </sub></p> <p><sub>anaerob sebesar 67% dan 66%. Pada jenis tanah pasir secara aerob dan anaerob sebesar </sub></p> <p><sub>66% dan 70%. Pada jenis tanah laterit secara aerob dan anaerob sebesar 68% dan 55%. </sub></p> <p><sub>Hasil degradasi bioplastik terbaik adalah tanah laterit secara aerob dan tanah pasir secara </sub></p> <p><sub>anaerob. Namun tanah humus sama baiknya secara aerob dan anaerob. Tanah humus </sub></p> <p><sub>memiliki jumlah mikroorganisme sebesar 74,77%, tanah laterit sebesar 62,85%, dan </sub></p> <p><sub>tanah pasir sebesar 2,47%. Degradasi pada tanah pasir dipengaruhi oleh faktor lingkungan </sub></p> <p><sub>yaitu pH dan kandungan lainnya karena tanah pasir yang digunakan adalah tanah pasir </sub></p> <p><sub>pantai tanpa pencucian. Faktor-faktor yang mempengaruhi degradasi adalah substrat, </sub></p> <p><sub>sumber nutrient, pH, suhu, dan kelembaban. </sub></p> <p><sub>Kata Kunci : Tanah, Plastik, Degradasi, Bioplastik, Mikroorganisme</sub></p> Cut Nada Nadya Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-08 2024-10-08 E EFEKTIVITAS BIJI TREMBESI DAN BIJI LABU KUNING SEBAGAI BIOKOAGULAN DALAM MENURUNKAN BOD DAN COD PADA LIMBAH CAIR RUMAH MAKAN https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/3133 <p>EFEKTIVITAS BIJI TREMBESI DAN BIJI LABU KUNING SEBAGAI BIOKOAGULAN DALAM MENURUNKAN BOD DAN COD PADA LIMBAH CAIR RUMAH MAKAN</p> <p>Dwi Putri Andreana Purwanti<br>Fakultas Teknik Program Studi Teknik Lingkungan<br>Universitas Malahayati Bandar Lampung</p> <p>ABSTRAK</p> <p>Perkembangan usaha rumah makan semakin pesat, pada tahun 2021 jumlah rumah makan atau restoran yang ada di Kota Bandar Lampung sebanyak 827 rumah makan, mengakibatkan semakin banyak buangan limbah domestik dengan kandungan organik tinggi dibuang ke badan air. Di Indonesia memiliki kelimpahan sumber daya alam yang sangat bermanfaat. Seperti biji trembesi dan biji labu kuning yang dapat digunakan sebagai koagulan alami untuk pengolahan limbah cair. Tujuan dari penelitian ini mengetahui efektivitas biokoagulan biji trembesi (samanea saman) dan biji labu kuning (cucurbita moschata) dalam penurunan konsentrasi BOD dan COD pada limbah cair rumah makan. Metode yang digunakan adalah koagulasi-flokulasi dengan penambahan biokoagulan biji trembesi (samanea saman) dan biji labu kuning (cucurbita moschata) dengan variasi dosis 1 gr, 2 gr, 3 gr, 4 gr, dan 5 gr. Pengujian konsentrasi awal limbah cair rumah makan menunjukkan nilai COD sebesar 800 mg/l dan BOD sebesar 130 mg/l dan pH 4,6. Hasil penelitian menunjukan penurunan konsentrasi BOD terbaik terjadi pada biokoagulan biji labu kuning dengan persentase penurunan sebesar 25,8% menggunakan dosis 2 gr. Sedangkan penurunan konsentrasi COD terbaik sebesar 66,8% menggunakan dosis 2 gr biokoagulan biji labu kuning. Pengolahan limbah cair rumah makan menggunakan biokoagulan biji trembesi tidak mampu menurunkan nilai BOD dan kurang efektif dalam menurunkan konsentrasi COD. Sehingga disimpulkan bahwa biokogulan biji labu kuning lebih efektif daripada biokoagulan biji trembesi dalam menurunkan konsentrasi BOD dan COD pada limbah cair rumah makan.<br><br>Kata kunci : Biokoagulan, biji labu kuning, biji trembesi, BOD, COD, koagulasi-flokulasi, limbah cair rumah makan</p> Dwi Putri Andreana Purwanti Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-07 2024-10-07 A Analisis Pencemaran Udara Emisi Karbon Monoksida (CO) Akibat Kemacetan Lalu Lintas Di Kota Bandar Lampung (Studi Kasus: Palang Pintu Perlintasan Kereta Api di Jl. Hi. Komarudin) https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/1611 <p class="s10"><span class="s9"><span class="bumpedFont15">ABSTRAK</span></span></p> <p class="s12"><span class="s11"><span class="bumpedFont15">Penurunan kualitas udara disebabkan oleh bertambahnya jumlah penduduk dan semakin beragamnya mobilitas manusia. Aktivitas transportasi di Kota Bandar Lampung &nbsp;seperti kereta api menimbulkan kemacetan dan peningkatan jumlah kendaraan di lokasi perlintasan sehingga menyebabkan polusi udara yang tinggi terutama gas karbon monoksida yang berasal dari gas buang kendaraan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perlintasan kereta api terhadap peningkatan emisi karbon m</span></span><span class="s11"><span class="bumpedFont15">onoksida (CO).</span></span><span class="s11"><span class="bumpedFont15"> Lokasi penelitian dilakukan di Jl. Hi. Komarudin yang merupakan jalan utama penghubung perbatasan antara kota Bandar Lampung dengan Kecamatan Natar. </span></span><span class="s11"><span class="bumpedFont15">Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menghitung jumlah kendaraan menggunakan traffic counting, menghitung emisi CO berdasarkan Peraturan Menteri Li</span></span><span class="s11"><span class="bumpedFont15">ngkungan Hidup No. 12 Tahun 2010</span></span><span class="s11"><span class="bumpedFont15"> dan menganalisis besarnya pengaruh jumlah kendaraa</span></span><span class="s11"><span class="bumpedFont15">n terhadap konsentrasi emisi CO</span></span><span class="s11"><span class="bumpedFont15">. Data yang diperoleh kemudian diuji dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana dengan software Microsoft Excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara jumlah kendaraan dengan emisi CO akibat perlintasan kereta api, dimana semakin banyak jumlah kendaraan maka konsentrasi CO semakin tinggi.</span></span></p> <p class="s13"><span class="s4"><span class="bumpedFont15">Kata kunci</span></span><span class="s11"><span class="bumpedFont15">: </span></span><span class="s11"><span class="bumpedFont15">emisi, karbon monoksida (CO)</span></span><span class="s11"><span class="bumpedFont15">,</span></span><span class="s11"><span class="bumpedFont15">kendaraan bermotor, kereta api.</span></span></p> Mirna Apriyana Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-08 2024-10-08 P PENGGUNAAN ARANG IJUK POHON AREN DENGAN AKTIVASI ASAM SEBAGAI ADSORBEN UNTUK MENURUNKAN KADAR SALINITAS AIR SUMUR (Studi Kasus Di Kelurahan Pesawahan Kec. Teluk Betung Selatan) https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/3807 <p>Air merupakan salah satu faktor&nbsp;lingkungan yang memegang peranan penting dalam&nbsp;kehidupan makhluk hidup. Bagi manusia,&nbsp;air berperan dalam&nbsp;aktivitas&nbsp;sehari-hari (minum, mandi, ke&nbsp;toilet)&nbsp;serta&nbsp;kegiatan&nbsp;pertanian, perikanan dan industri. Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan&nbsp;kualitas dan kuantitas.&nbsp;Kelurahan Pesawahan merupakan daerah yang terletak di pesisir atau dekat pantai untuk ketersediaan air yang memenuhi persyaratan baku mutu terbatas. dimana masyarakat masih menggunakan air sumur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dimana air sumur yang digunakan mengandung kadar salinitas yang tinggi 5‰, sehingga tidak layak dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi arang ijuk pohon aren dengan aktivasi asam terhadap penurunan kadar salinitas air sumur. Penelitian&nbsp;ini dilakukan secara<em>&nbsp;batch </em>pada skala laboratorium, dengan volume air sumur 100ml dan berat adsorben 2 gram, tiga kondisi yang diteliti ialah arang ijuk pohon aren tanpa aktivasi, arang ijuk pohon aren yang diaktivasi dengan &nbsp;dan arang ijuk pohon aren yang diaktivasi dengan . Waktu sampling 0, 5, 10, 15, 20, 25 dan 30 menit, penelitian dilakukan 2 kali pengulangan. Hasil pengujian menujukan persentase efisiensi sebesar 20%,40% dan 60%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah aktivasi asam dapat memperbaiki kadar salinitas air sumur. Aktivasi menggunakan &nbsp;aktivasi asam lemah &nbsp;berpotensi menurunkan kadar salinitas mencapai 40% sedangkan aktivasi menggunakan asam kuat berpotensi menurunkan kadar salinitas dengan efisiensi penurunan yang paling tinggi yakni 60%.</p> Agustia indah lestari Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-07 2024-10-07 P PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN JENIS RAGI PADA PEMBUATAN BIOETANOL MENGGUNAKAN BAHAN BAKU LIMBAH KULIT NANAS SECARA HIDROLISIS ENZIMATIK https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/3125 <p><strong>PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN JENIS RAGI PADA PEMBUATAN BIOETANOL MENGGUNAKAN BAHAN </strong></p> <p><strong>BAKU LIMBAH KULIT NANAS SECARA </strong></p> <p><strong>HIDROLISIS ENZIMATIK</strong></p> <p><strong>&nbsp;</strong></p> <p><strong>Putri Adela Virgiana</strong></p> <p><strong>Fakultas Teknik Program Studi Teknik Lingkungan</strong></p> <p><strong>Universitas Malahayati Bandar Lampung</strong></p> <p><strong>&nbsp;</strong></p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Provinsi Lampung merupakan penghasil produksi nanas terbesar di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya jumlah penghasil produksi buah nanas di Provinsi Lampung mencapai angka 861.706 ton pada tahun 2022, banyaknya produksi nanas yang dihasilkan perlu adanya inovasi yang dikembangkan untuk mengelola limbah kulit nanas menjadi hal yang bermanfaat, salah satunya yaitu sebagai bahan bakar alternatif yang bersifat terbarukan.&nbsp; Bioetanol adalah solusi dari permasalahan yang ada, dengan memanfaatkan limbah organik yang dimana limbah tersebut merupakan limbah kulit nanas melalui proses fermentasi.&nbsp; Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kadar bioetanol dari bahan baku kulit nanas dengan pengaruh waktu fermentasi dan jenis ragi.&nbsp; Metode yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari <em>pretreatment, </em>hidrolisis, fermentasi, dan distilasi.&nbsp; Enzim yang digunakan pada proses hidrolisis adalah enzim alfa amilase dan gluko amilase masing-masing sebanyak 4ml/2 liter, waktu yang digunakan pada proses fermentasi adalah 24, 48, 72, dan 96 jam, pada tahap distilasi atau penyulingan dilakukan dengan mengambil hasil filtrat sebanyak 100ml, dan tahap terakhir dilakukannya pengukuran kadar glukosa dengan alat alkohol meter.&nbsp; Hasil yang didapat dari penggunaan ragi fermipan adalah 1,2%, 1,2%, 1,8%, 1,6% dan pada penggunaan ragi mauripan didapatkan hasil 0,8%, 1,2%, 1,2%, 0,8%.&nbsp; Penggunaan ragi fermipan dan mauripan serta variasi waktu yang&nbsp; berbeda dapat mempengaruhi hasil kadar bioetanol yang dihasilkan , hasil terbaik didapat pada penggunaan ragi fermipan dengan waktu 72 jam yaitu 1,8%.</p> <p>&nbsp;</p> <p>&nbsp;</p> Putri Adela Virgiana Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-07 2024-10-07 FITOREMEDIASI TANAH TERCEMAR LOGAM TIMBAL (Pb) MENGGUNAKAN TANAMAN BLANCENG (Dieffenbachia spp) DAN SRI REJEKI (Aglaonema commutatum) https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/1586 <p><strong>&nbsp;</strong></p> <p>Tanah merupakan media yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup manusia. Kualitas tanah yang tercemar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti logam timbal. Fitoremediasi tanah tercemar logam timbal (Pb) menggunakan tanaman hias merupakan salah satu metode yang ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi tanaman Blanceng (dieffenbachia spp) dan Sri rejeki (aglaonema commutatum) dalam menyerap logam timbal (Pb) terhadap tanah. Proses Fitoremediasi tanah tercemar logam berat Pb terdiri dari : pengambilan sampel tanah, aklimatisasi, dan proses penanaman pada tanaman penelitian dilakukan selama 4 minggu dengan waktu pengambilan sampel pada hari ke- 0, 7, 14, 21 dan 28. Penelitian ini menggunakan metode (<em>true experiment</em>) dengan perlakuan penanaman Blanceng (<em>dieffenbachia spp</em>) dan Sri Rejeki (<em>aglaonema commutatum</em>) dengan berat 35-45gram.<em>&nbsp;</em>Parameter yang di analisis adalah konsentrasi logam berat Pb pada tanah. Pengamatan fisik tanaman juga dilakukan untuk mendukung penelitan ini. Pada ukuran pot bunga berdiameter 27cm dan tinggi 19,5cm. Hasil penelitian menunjukan tanaman Blanceng (<em>dieffenbachia spp</em>) mempunyai nilai efesiensi penyisihan konsentrasi Pb akhir di tanah tempat pembuangan akhir sebesar 44,30% &nbsp;dan di tanah sekam padi sebesar 51,14%. Reaktor dengan Sri Rejeki (<em>aglaonema commutatum</em>) nilai efesiensi penyisihannya di tanah tempat pembuangan akhir sebesar 19,84% dan di tanah sekam padi sebesar 27,06%. sehingga dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwan tanaman Blanceng (<em>dieffenbachia spp</em>) lebih efektif dalam menurunkan logam berat Pb dibandingkan dengan tanaman Sri Rejeki (<em>aglaonema commutatum</em>).</p> <p>&nbsp;</p> <p>Kata Kunci : Fitoremediasi, Blanceng, Sri Rejeki, Logam Timbal, Tanah, Aklimatisasi.</p> Della Setiani Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-08 2024-10-08 A, The PENINGKATAN KUALITAS AIR SUMUR GALI KELURAHAN WAY URANG KECAMATAN KALIANDA DENGAN FILTRASI SEDERHANA https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/3796 <h1><a name="_Toc166596094"></a>ABSTRAK</h1> <p><strong>PENINGKATAN KUALITAS AIR SUMUR GALI</strong></p> <p><strong>KELURAHAN WAY URANG KECAMATAN KALIANDA</strong></p> <p><strong>DENGAN FILTRASI SEDERHANA</strong></p> <p>Oleh :</p> <ol> <li><strong> Fajar Nursidik</strong></li> </ol> <p><strong>&nbsp;</strong></p> <p>Prodi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Malahayati</p> <p>Jl.Pramuka No 27, Kemiling, Bandar Lampung</p> <p>Email : <a href="mailto:mfjrnursidik@gmail.com">mfjrnursidik@gmail.com</a></p> <p>&nbsp;</p> <p>Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari. Namun, penggunaan air tanah saat ini semakin menimbulkan kekhawatiran karena adanya berbagai faktor pencemaran. Oleh karena itu, filtrasi menjadi salah satu metode yang banyak digunakan untuk menjernihkan air secara sederhana dan efisien. Dalam penelitian ini, fokus utama adalah melakukan optimasi dalam mencari komposisi media yang paling efektif untuk proses filtrasi. Penggunakan tiga bahan yaitu tempurung kelapa hijau, bio-ball, dan pasir silika dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui komposisi yang efektif dalam proses penjernihan air dengan waktu filtrasi 0,10,15,20,25 menit. Penggunaan kombinasi media filtrasi seperti bio-ball, karbon aktif, dan pasir silika (1) dan bio-ball, karbon aktif, dan pasir silika (2) digunakan untuk sumur gali masyarakat Kecamatan Way Urang, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan. Hasil penelitian yang menggunakan metode filtrasi melalui beberapa tahapan menunjukkan bahwa media filtrasi ( 1 ) yang digunakan selama 25 menit berhasil menurunkan kadar TDS sebesar 62,2 % dan TSS sebesar 58,9 %. Sementara itu, pada media filtrasi ( 2 ) yang digunakan selama 0 - 25 menit, terjadi penurunan TDS sebesar 59,0 % dan TSS sebesar 49,3 %. Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media filtrasi (1) memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan filtrasi (2).</p> <p>Kata kunci : filtrasi, karbon aktif, pasir silika, air sumur galian, tds,tss</p> <p>&nbsp;</p> <p>&nbsp;</p> <p>&nbsp;</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p><strong>THE IMPROVING OF DUG WELL WATER QUALITY IN</strong></p> <p><strong>WAY URANG VILLAGE KALIANDA DISTRICT </strong></p> <p><strong>WITH SIMPLE FILTRATION</strong></p> <p><strong>&nbsp;</strong></p> <ol> <li>Fajar Nursidik</li> </ol> <p><em>Environmental Engineering Study Program, Faculty of Engineering, </em></p> <p><em>Malahayati University. Jl. Pramuka No 27, Kemiling, Bandar Lampung</em></p> <p><em>Email: </em><a href="mailto:mfjrnursidik@gmail.com"><em>mfjrnursidik@gmail.com</em></a></p> <p><em>Water is a natural resource that is very important for humans in meeting various daily needs. However, the use of groundwater is currently increasingly causing concern due to various pollution factors. Therefore, filtration is one method that is widely used to purify water simply and efficiently. In this research, the main focus is on optimization in finding the most effective media composition for the filtration process. The use of three materials, namely green coconut shell, bio-ball, and silica sand, can be used as a reference to determine the composition that is effective in the water purification process with a filtration time of 0-25 minutes. The use of a combination of filtration media such as bio-ball, activated carbon, and silica sand (1) and bio-ball, active carbon, and silica sand (2) is used for digging wells in the Way Urang village residents, Kalianda District, South Lampung Regency. The results of research using a filtration method through several stages show that filtration media (1) used for 25 minutes succeeded in reducing TDS levels by 62.2% and TSS by 58.9%. Meanwhile, in filtration media (2) which was used for 0,10,15,20,25 minutes, there was a decrease in TDS by 59.0% and TSS by 49.3%. From the results of this research, it can be concluded that filtration media (1) provides better results compared to filtration (2).</em></p> <p><em>&nbsp;</em></p> <p><em>Keywords: Filtration, Activated Carbon, Silica sand, Excavated well water, tds, tss</em></p> m fajar nursidik Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-07 2024-10-07 PEMBUATAN DAN UJI PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK BIOPLASTIK PATI KULIT UBI JALAR PUTIH DAN PATI KULIT PISANG TANDUK https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/2952 <p><strong>ABSTRAK </strong></p> <p>&nbsp; &nbsp; &nbsp; Masalah lingkungan kerap terjadi akibat pembuangan limbah plastik yang sulit terurai.&nbsp; Pati merupakan salah satu polimer alami yang dapat digunakan untuk produksi material bioplastik dan untuk meningkatkan kekuatan sifat mekaniknya perlu adanya pencampuran seperti plasticizer 25%, kitosan 4g dan CMC 4g. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembuatan serta perbandingan dari jenis pati kulit ubi jalar putih dan pati kulit pisang tanduk terhadap karakteristik sifat mekanik bioplastik yang dihasilkan.&nbsp; Pada penelitian ini menggunakan metode pengujian berupa uji kuat tarik dan elongasi dengan proses pencetakan menggunakan metode injection molding sederhana untuk mengetahui kemampuan karakteristik sifat mekanik dari sampel.&nbsp; Pada penelitian ini untuk hasil uji kuat tarik bioplastik optimal diperoleh pada pati kulit pisang tanduk dengan kuat tarik sebesar 6,761 Mpa dan nilai elongasi sebesar 12,25% sedangkan, hasil uji elongasi bioplastik optimal diperoleh oleh pati kulit ubi jalar putih dengan kuat tarik 4,854 Mpa dan nilai elongasi sebesar 14,5%.&nbsp; Hal ini menunjukkan bahwa kandungan pati mempengaruhi hasil karakteristik sifat mekanik.</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Kata Kunci</strong> : Pati, Bioplastik, Plasticizer, Kitosan.</p> nesti agustin Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-07 2024-10-07 P PENGARUH PENGGUNAAN ECO-ENZYME TERHADAP PENURUNAN KADAR BOD, COD, DAN TSS PADA LIMBAH ORGANIK https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/4398 <p>ABSTRAK<br>Limbah industri tahu menghasilkan limbah organik yaitu limbah padat dan cair, secara umum memiliki karakteristik kandungan COD sekitar 4000-6000 mg/l dan TSS sekitar 2100-3800, Limbah cair tahu dengan kandungan COD dan TSS yang tinggi perlu dilakukan pengolahan, salah satu jenis pengolahan yaitu degradasi menggunakan Eco-Enzyme. Penggunaan Eco-Enzyme perlu dikembangkan, karena lebih murah dan mudah dibuat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan Eco-Enzyme terhadap penurunan kadar BOD, COD, dan TSS pada limbah cair tahu dengan campuran Eco-Enzyme 10%. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan skala laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan Eco-Enzyme dosis 10% signifikan menurunkan kadar BOD, COD, dan TSS pada limbah campuran Eco-Enzyme. Dapat dilihat dari sampel awal BOD 9.367 mg/l, namun setelah pemberian Eco-Enzyme selama 30 hari nilai BOD turun menjadi 3.148 mg/l, pada parameter COD, dapat dilihat dari sampel awal COD 13.789 mg/l, namun setelah pemberian Eco-Enzyme selama 30 hari nilai COD meningkat menjadi 6.309 mg/l, dan pada parameter TSS, Eco-Enzyme dapat menurunkan kadar TSS pada limbah cair tahu. Hal tersebut dapat dilihat dari sampel awal TSS 895 mg/l, setelah pemberian Eco-Enzyme selama 30 hari nilai TSS menurun menjadi 52 mg/l dengan efektivitas penurunan BOD, COD, dan TSS sebesar 66%, 54%, dan 93%. Hasil dari campuran antara air limbah tahu dan Eco-Enzyme dengan perbandingan (1000:10%) dapat menurunkan kadar BOD, COD, dan TSS yang terkandung dalam limbah cair tahu.<br><br></p> erma liana Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-07 2024-10-07 PENGARUH JENIS BIOAKTIVATOR TERHADAP PROSES PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH BUAH (PISANG DAN PEPAYA ) https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/1584 <p>Lampung merupakan salah satu Provinsi penghasil buah pisang terbanyak di Indonesia.<br>selain pisang, pepaya juga merupakan salah satu buah unggulan di Lampung. Melimpahnya buah <br>pisang dan pepaya serta kurangnya penanganan, membuat buah–buah tersebut terbuang dan hanya <br>mencemari lingkungan. Sampah dari buah-buah tersebut dapat dijadikan menjadi sesuatu yang <br>bernilai seperti pupuk organik cair. Pupuk organik cair merupakan pupuk yang dibuat dari bahan <br>organik melalui proses fermentasi. Dalam pembuatan pupuk organik cair diperlukan bioaktivator <br>yang berfungsi merombak bahan organik. Beberapa jenis bioaktivator diantaranya efektif <br>mikroorganisme 4 (EM4), dan mikroorganisme lokal (MOL). Tujuan dari penelitian ini yaitu<br>mengetahui pengaruh dari kedua bioaktivator EM4, dan MOL. Penelitian ini menggunakan metode <br>fermentasi anaerob dengan bioaktivator EM4, dan MOL penelitian dilakukan selama 21 hari <br>dengan pengambilan sampel pada hari ke 0, 7, 14, dan 21, parameter yang diuji ratio C/N. Hasil <br>penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik cair dari buah pepaya dan pisang dengan <br>penambahan EM4 memiliki konsentrasi rasio C/N 17,33-14,64, MOL 19,03-14,85 dan kontrol <br>21,28-22,10. Dari kedua bioaktivator yang digunakan EM4 paling berpengaruh terhadap <br>pembuatan pupuk organic cair, terbuktidari hasil yang didapatkan ratio C/N lebih rendah <br>dibandingkan pada penambahan bioaktivator MOL dan kontrol. Hal ini karena pada EM4<br>mengandung lima jenis mikroorganisme aktif yang mampu mempercepat proses penguraian pada <br>bahan baku pupuk organic cair.<br>Kata kunci: Pisang, Pepaya, Bioaktivator, MOL, EM4, dan pupuk organik cair</p> feronica Ayu Madila Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-08 2024-10-08 PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG KELAPA DAN KULIT KAKAO SEBAGAI KOMPOSIT BATU BATA RINGAN UNTUK MEDIA PEREDAM KEBISINGAN https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/3236 <h1>Kebisingan merupakan bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Industri perumahan kini semakin banyak memodifikasikan bentuk dan kualitasnya termasuk dinding yang perlu dimodifikasi dengan cara menambahkan media komposit untuk meningkatkan daya redam kebisingan dari luar rumah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah serbuk cangkang kelapa (<em>Cocos nucifera L</em>) dan serbuk kulit kakao (<em>Theobroma cacao</em>) dapat digunakan sebagai bahan campuran batu bata ringan sebagai media peredam kebisingan. Penelitian ini dilakukan dengan menyusun 27 batu bata berukuran 16,5cm x 6,5cm x 5cm dalam 1 pengukuran ke dalam kotak pada bagian terbuka berukuran 54cm x 51cm x 50cm berbahan kayu sengon. Sumber suara berupa audio lonceng dengan volume paling tinggi. Komposit serbuk cangkang kelapa dan serbuk kulit kakao dengan variasi 0%, 15% dan 25%. Pengambilan data dilakukan setiap 5 detik selama 10 menit sehingga diperoleh 120 data dalam 1 pengukuran. Pengukuran dilakukan dua kali percobaan. Hasil pengukuran tingkat kebisingan menunjukkan rata-rata tingkat kebisingan pada kondisi kontrol tanpa menggunakan batu bata adalah 89,4 dB, batu bata variasi 0% adalah 83,0 dB, komposit serbuk cangkang kelapa 15% adalah 80,8 dB, komposit serbuk cangkang kelapa 25% adalah 77,4 dB, komposit serbuk kulit kakao 15% adalah 73,5 dB, dan komposit serbuk kulit kakao 25% adalah 71,3 dB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa batu bata variasi 25% dapat menurunkan tingkat kebisingan, dengan nilai efisiensi tingkat penurunan serbuk cangkang kelapa variasi 25% sebesar 13,4% dan efisiensi penurunan tingkat kebisingan batu bata dengan komposit serbuk kulit kakao variasi 25% sebesar 20,2%.</h1> Jihan Shabrina Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-07 2024-10-07 S Penurunan Kadar COD Pada Limbah Laundry Dengan Metode Adsorpsi Dilanjutkan Metode Koagulasi-Flokulasi https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/1751 <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p><strong>PENURUNAN KADAR COD PADA LIMBAH <em>LAUNDRY </em>DENGAN METODE ADSORPSI DILANJUTKAN</strong></p> <p><strong>&nbsp;METODE KOAGULASI-FLOKULASI</strong></p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Oleh:</strong></p> <p><strong>Putri Aulia Firdaus</strong></p> <p><strong>&nbsp;</strong></p> <p>Di Indonesia, telah banyak perkembangan dalam industri jasa <em>laundry</em>. Jasa <em>laundry</em> sering digunakan oleh sebagian besar masyarakat di kota atau daerah, misalnya di Bandar Lampung untuk mencuci pakaian karena kurangnya waktu mereka harus mencuci pakaian sendiri. Kegiatan <em>laundry</em> dalam prosesnya menggunakan deterjen sebagai bahan pembersih dan pewangi. Sebagian besar perusahaan <em>laundry</em> tidak memiliki sistem pengolahan air limbah yang dihasilkan. Seperti diketahui, limbah <em>laundry</em> mengandung bahan pencemar tingkat tinggi seperti BOD, COD dan fosfat. Tujuan penelitian ini untuk menurunkan kadar COD pada limbah<em> laundry </em>menggunakan adsorben arang aktif dan koagulan tawas.<em>. </em>Proses penurunan kadar COD dilakukan dengan metode adsorpsi dilanjutkan metode koagulasi-flokulasi dan dengan metode koagulasi-flokulasi dilanjutkan metode adsorpsi. Perlakuan yang dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan pada metode adsorpsi dilanjutkan metode koagulasi flokulasi, dan sebanyak dua kali pengulangan pada metode koagulasi-flokulasi dilanjutkan metode adsorpsi. Hasil pengujian penurunan kadar COD pada metode adsorpsi dilanjutkan metode koagulasi-flokulasi pada perlakuan 1 sebesar 40%, perlakuan 2 sebesar 31,318%, dan pada perlakuan 3 sebesar 35,985%. Hasil pengujian penurunan kadar COD pada metode koagulasi-flokulasi dilanjutkan metode adsorpsi pada perlakuan 1 sebesar 32,672% dan pada perlakuan 2 sebesar 46,674%. Dapat disimpulkan bahwa penurunan kadar COD dengan metode koagulasi-flokulasi dilanjutkan metode adsorpsi lebih effisien dibandingkan dengan penurunan kadar COD dengan metode adsorpsi dilanjutkan metode koagulasi-flokulasi dikarenakan dalam urutan pengolahan limbah cair koagulasi flokulasi merupakan salah satu metode pengolahan yang dapat dilakukan pada proses awal dan adsorpsi merupakan salah satu tahap pengolahan tersier/lanjutan.</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Kata kunci: </strong>adsorpsi, koagulasi, flokulasi, limbah <em>laundry</em>, arang aktif, tawas, COD</p> Putri Aulia Firdaus Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-08 2024-10-08 P Pengaruh Mol Nasi Basi, Mol Limbah Sayur Dan EM4 Terhadap Temperatur, pH dan Rasio C/N Kompos Sampah Daun https://repository.malahayati.ac.id/index.php/skrtl/article/view/3977 <p>ABSTRAK<br>PENGARUH MOL NASI BASI, MOL LIMBAH SAYUR, DAN<br>EM4 TERHADAP pH, TEMPERATUR, DAN RASIO C/N<br>KOMPOS SAMPAH DAUN<br>Oleh:<br>Dhea Aulia Maurinnisa<br>Pengomposan adalah proses penguraian sisa-sisa bahan organik yang<br>menghasilkan pupuk kompos. Pengomposan merupakan salah satu alternatif<br>pengelolaan untuk sampah organik. Bioaktivator merupakan bahan aktif biologis<br>yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses pengomposan karena<br>mengandung mikroorganisme yang efektif untuk membantu penguraian atau<br>fermentasi sampah organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh<br>MOL nasi basi, MOL limbah sayur dan EM4 terhadap temperatur, pH, dan rasio<br>C/N kompos sampah organik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah<br>fermentasi anaerobik-metode takakura dengan menggunakan 3 (tiga) kondisi,<br>yaitu: (1) pengomposan sampah daun dengan menggunakan MOL nasi basi, (2)<br>pengomposan sampah daun dengan menggunakan MOL limbah sayur, dan (3)<br>pengomposan sampah daun dengan menggunakan EM4. Penelitian dilakukan<br>dengan tiga kali pengulangan, hasil penelitian pada suhu pada perlakuan 1<br>(27,5⁰C), perlakuan 2 (27,5⁰C) dan perlakuan 3 (27⁰C), nilai pH rata-rata 7,0.<br>Sedangkan hasil uji kadar C/N rasio pada perlakuan 1 (19,06%), perlakuan 2<br>(23,38%) dan perlakuan 3 (21,19%). Dapat disimpulkan bahwa perlakuan 1<br>memiliki hasil uji rasio C/N terbaik karena berdasarkan efisiensi penurunan kadar<br>C/N dari hari ke-0 hingga hari ke-27 yang paling tinggi adalah perlakuan 1<br>(37,54%) dibandingkan dengan hasil uji pada perlakuan 2 (34,65%) dan perlakuan<br>3 (32,90%). Hal ini dikarenakan dilihat dari efisiensi selama proses penurunan,<br>bukan dari jumlah hasil uji akhir yang diperoleh. Secara umum, ketiga perlakuan<br>telah memenuhi SNI 7763-2018.</p> Dhea Aulia Maurinnisa Hak Cipta (c) 2024 Skripsi Teknik Lingkungan 2024-10-07 2024-10-07